Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Kolom

HMI dan Sosiopreneurship

×

HMI dan Sosiopreneurship

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Mokhamad Abdul Aziz, M.Sos., M.E. Ketua Kompartemen Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Pangan Badan Pengurus Wilayah Himpunan Pengusaha KAHMI (BPW – HIPKA) Jawa Tengah 2024-2029, Alumnus Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Undip Semarang.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sebagai salah satu organisasi mahasiswa tertua dan terbesar di Indonesia, telah menginjak usia 78 tahun. Dalam rentang waktu yang panjang ini, HMI telah menjadi saksi sekaligus aktor penting dalam berbagai dinamika sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Sejak didirikan pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta oleh Lafran Pane dan kawan-kawan, HMI membawa misi besar untuk menciptakan insan akademis, pencipta, dan pengabdi yang berlandaskan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Namun, tantangan zaman yang terus berkembang menuntut HMI untuk beradaptasi dan menghadirkan solusi yang relevan bagi persoalan masyarakat. Salah satu pendekatan yang dapat menjadi landasan baru dalam perjuangan HMI adalah penguatan peran di bidang sosiopreneurship.

Example 300x600

Sosiopreneurship, atau kewirausahaan sosial, bukan sekadar aktivitas bisnis yang berorientasi pada keuntungan finansial semata. Lebih dari itu, sosiopreneurship adalah upaya menciptakan perubahan sosial yang berdampak positif melalui pendekatan inovatif dan berkelanjutan. Diberdayakan, berdaya, lalu memberdayakan. Begitu seterusnya, sehingga akan membentuk rantai sosiopreneurship yang produktif. Konsep ini sejalan dengan cita-cita HMI untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Dalam konteks ini, sosiopreneurship bukan hanya menjadi instrumen ekonomi, tetapi juga alat untuk pemberdayaan masyarakat, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup.

Sosiopreneurship, atau kewirausahaan sosial, merupakan konsep yang menggabungkan semangat kewirausahaan dengan misi sosial. Dalam konteks Indonesia yang memiliki beragam tantangan sosial seperti kemiskinan, ketimpangan ekonomi, pengangguran, dan masalah lingkungan, sosiopreneurship menjadi alternatif strategis untuk menghadirkan solusi yang berkelanjutan. HMI, dengan jaringannya yang luas dan basis kader yang tersebar di seluruh Indonesia, memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak sosiopreneurship di kalangan mahasiswa dan pemuda.

Sejak awal berdirinya, HMI telah dikenal sebagai organisasi yang melahirkan banyak pemimpin di berbagai sektor. Namun, di era yang penuh disrupsi ini, kepemimpinan tidak hanya diukur dari kemampuan politik atau akademik semata, melainkan juga dari kemampuan menciptakan perubahan sosial yang konkret. Dalam praktiknya, sosiopreneurship bukan sekadar aktivitas bisnis, melainkan manifestasi dari kepedulian sosial yang diimplementasikan melalui pendekatan kewirausahaan. Kader HMI yang memahami dan mengembangkan sosiopreneurship tidak hanya berperan sebagai agen perubahan, tetapi juga sebagai pencipta solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat. Peran HMI dalam mendorong sosiopreneurship sejalan dengan nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) HMI.

Di era digital dan globalisasi saat ini, tantangan bagi para sosiopreneur semakin kompleks. Persaingan tidak hanya datang dari lingkungan lokal, tetapi juga dari skala global. Namun, di sinilah letak peluang yang dapat dimanfaatkan oleh kader HMI. Teknologi memberikan akses yang lebih luas untuk mengembangkan ide, membangun jaringan, dan menciptakan dampak yang lebih besar. HMI perlu mendorong kader-kadernya untuk tidak hanya berpikir kritis dalam forum-forum diskusi, tetapi juga berani mengambil langkah konkret di lapangan, menciptakan inisiatif-inisiatif yang berdampak positif bagi masyarakat.

Refleksi atas perjalanan panjang HMI menunjukkan bahwa organisasi ini memiliki tradisi intelektual yang kuat. Diskusi, kajian, dan forum-forum ilmiah menjadi bagian tak terpisahkan dari proses kaderisasi. Namun, tantangan ke depan menuntut agar tradisi intelektual ini tidak berhenti pada tataran teoritis, melainkan diimplementasikan dalam bentuk aksi nyata. Sosiopreneurship adalah salah satu bentuk aktualisasi dari pemikiran kritis tersebut, di mana gagasan-gagasan besar dapat diwujudkan menjadi solusi yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Bersyukur dan Ikhlas

Lagu Himne HMI diawali dengan lirik “Bersyukur dan Ikhlas”. Selain memiliki makna mendalam, lirik ini nampaknya juga menjadi mantra yang mampu diinternalisasilan oleh kader-kader HMI. Salah satu bentuknya bisa dilihat dari ungkapan kesan Dr. Mohammad Nasih, seorang politisi dan cendekiawan muslim Indonesia berikut ini. “Tak ada, dan sepertinya, tak akan pernah ada cerita, aktivis dan senior Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjadi pembicara di forum-forum HMI diberi honor. Dalam budaya HMI, ini menjadi semacam dilema. Menjadi pembicara di HMI tetapi tidak ditodong sumbangan, itu sebuah “keberuntungan”. Namun, jika senior tidak “ditodong”, itu bisa menyebabkan ketersinggungan, karena merasa dianggap tidak sukses secara finansial.”

Dengan kata lain undangan jadi pembicara di HMI sesungguhnya mengandung risiko berupa juga dimintai sumbangan untuk pembiayaan kegiatan. Sudah diminta menjadi pembicara, dimintai sumbangan pula. Begitu kira-kira ungkapannya. Namun, justru kadang yang demikian itulah yang mendatangkan kebahagiaan dan bahkan jika tidak benar mengelola niat bisa mendatangkan dosa karena merasa bangga. Namun demikian, kesan bersyukur dan ikhlas ini menjadi modal awal untuk mengembangkan sosiopreneurship.

Banyak alumni HMI yang telah berdaya dan sukses melalui wirausaha yang digelutinya—yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha KAHMI (Hipka). Dengan bekal bersyukur dan ikhlas yang telah termanifestasikan ke dalam kehidupan sehari-hari para alumni tersebut, tidak sulit untuk meminta mereka menjadi mentor-mentor sosiopreneur. Sebab, jiwa mereka telah terbiasa dengan sosiopreneurship. Sebenarnya, HMI telah memiliki Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi, dulunya bernama Bidang Kekaryaan, yang secara spesifik memiliki tugas membina dan mengembangkan kewirausahaan kader. Namun, pada prakteknya belum maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama dan sinergi yang solid antara HMI dan Hipka.

Refleksi Milad ke-78 yang mengambil tema ”HMI untuk Kedaulatan Bangsa” tahun ini menjadi momentum untuk mengevaluasi bagaimana HMI dapat memperkuat perannya dalam ekosistem sosiopreneurship di Indonesia. Kaderisasi yang selama ini menjadi jantung organisasi perlu diintegrasikan dengan pembelajaran tentang kewirausahaan sosial. HMI dapat mengembangkan program-program pelatihan, inkubasi bisnis sosial, serta membangun kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan lembaga internasional.

Selain itu, nilai-nilai keislaman yang menjadi landasan HMI sejalan dengan prinsip-prinsip sosiopreneurship. Islam mengajarkan tentang pentingnya keadilan sosial, solidaritas, dan kepedulian terhadap sesama. Konsep ekonomi Islam juga menekankan pada keberlanjutan, etika, dan kesejahteraan bersama. Oleh karena itu, mengembangkan sosiopreneurship bukan hanya relevan dengan tantangan zaman, tetapi juga merupakan bagian dari pengamalan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.

Pada akhirnya, sosiopreneurship memberikan ruang bagi kader HMI untuk mengembangkan potensi kepemimpinan mereka dalam konteks yang lebih luas. Kepemimpinan tidak hanya tentang kemampuan mengelola organisasi, tetapi juga tentang bagaimana menciptakan perubahan positif di lingkungan sekitar. Melalui sosiopreneurship, kader HMI dapat belajar tentang manajemen, inovasi, kolaborasi, dan bagaimana menghadapi tantangan secara kreatif.

Melalui sosiopreneurship, HMI dapat memperluas kontribusinya tidak hanya dalam ranah intelektual dan politik, tetapi juga dalam bidang ekonomi dan sosial. Inilah saatnya HMI menegaskan diri sebagai organisasi kader yang tidak hanya berbicara tentang perubahan, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan itu sendiri. Sebab sejatinya, HMI bukan hanya tentang masa lalu dan kejayaan sejarah, tetapi juga tentang masa depan dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridlai Allah SWT. Walláhu a’lam bi al-shawwáb.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *