Oleh: Rizki Kuaniasih, Ketua Umum Kohati HMI Cabang Bengkulu
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan budaya dan sosial luar biasa. Dari Sabang hingga Merauke, hidup lebih kurang 1.340 Suku, 718 bahasa daerah, dan ribuan warisan adat-budaya. Keberagaman ini menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang unik di tengah dunia global yang semakin seragam. Namun, keberagaman ini kerap kali hanya dirayakan dalam bentuk simbolik, seperti dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika tanpa disertai kebijakan nyata yang menjadikannya kekuatan dalam pembangunan. Dalam paradigma pembangunan inklusif, keberagaman bukan sekadar fakta sosial, tetapi potensi besar yang harus dikelola secara strategis. Keberagaman budaya dan sosial dapat menjadi modal sosial dan kultural yang berperan dalam memperkuat keterkaitan sosial, memperluas partisipasi masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis budaya lokal. Tulisan ini bertujuan menjelaskan bagaimana keberagaman dapat dioptimalkan sebagai kekuatan dalam pembangunan nasional yang adil, partisipatif, dan berkelanjutan. Keberagaman sebagai Modal Sosial dan Budaya Keberagaman budaya dan sosial adalah hasil dari sejarah panjang interaksi manusia, lingkungan, dan dinamika sosial. Tradisi, bahasa, adat, dan nilai yang berkembang di berbagai daerah merupakan bentuk dari modal budaya (cultural capital). Modal ini bukan hanya bersifat simbolik, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial yang dapat mendorong pembangunan.
Di sisi lain, keberagaman juga menghasilkan modal sosial, berupa jaringan hubungan, nilai gotong royong, solidaritas, dan kepercayaan antarkelompok yang penting dalam pembangunan komunitas. Nilai-nilai seperti musyawarah, toleransi, dan saling menghargai yang hidup dalam masyarakat lokal merupakan fondasi kokoh bagi pembangunan yang tidak hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga penguatan identitas dan kebersamaan. Ada beberapa aspek antara Potensi Strategis Keberagaman dalam Pembangunan
1. Pemberdayaan Komunitas Lokal
Banyak komunitas adat dan lokal memiliki praktik hidup yang adaptif terhadap lingkungan.
2. Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata
Budaya lokal telah menjadi basis bagi industri ekonomi kreatif yang berkembang pesat. Contoh Batik, tenun, kuliner tradisional, seni pertunjukan, dan kerajinan daerah bukan hanya bernilai budaya, tetapi juga ekonomi. Demikian pula pariwisata budaya dan desa wisata, yang jika dikelola dengan partisipatif, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal sekaligus menjaga warisan budaya.
3. Penguatan Identitas dan linguistik Sosial
Dalam negara majemuk seperti Indonesia, keberagaman bisa memperkuat linguistik sosial jika dibingkai dalam nilai-nilai inklusif. Nilai gotong royong dan solidaritas sosial dapat mengurangi ketimpangan, mempererat persatuan, dan membangun ketahanan sosial. Keberagaman bukan penyebab konflik, tetapi bisa menjadi solusi jika dikelola melalui dialog dan keadilan sosial. Selain potensi strategis keberagaman budaya dan sosial sebagai potensi pembangunan negara juga memiliki Tantangan. Khususnya dalam Pengelolaan Keberagaman
Meski keberagaman menyimpan potensi besar, kenyataannya banyak tantangan yang menghambat pemanfaatannya secara optimal dalam pembangunan.
1. Diskriminasi dan Marjinalisasi
Beberapa komunitas adat dan kelompok minoritas masih mengalami diskriminasi, baik dalam akses terhadap pendidikan, pelayanan publik, maupun ruang partisipasi politik. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan belum sepenuhnya responsif terhadap keberagaman.
2. Polarisasi Identitas dan Intoleransi
Dalam situasi politik atau sosial tertentu, keberagaman bisa dimanfaatkan untuk memecah belah masyarakat. Polarisasi berdasarkan suku, agama, atau ras kerap terjadi, terutama di media sosial, yang dapat menghambat agenda pembangunan yang inklusif.
3. Kebijakan Pembangunan yang Tidak Sensitif Budaya
Pembangunan yang seragam dan top-down sering kali tidak mempertimbangkan realitas budaya lokal. Akibatnya, banyak proyek pembangunan yang ditolak atau tidak berkelanjutan karena tidak sesuai dengan nilai dan kebutuhan masyarakat setempat. Adapun Strategi Penguatan Keberagaman sebagai Modal Pembangunan
Untuk menjadikan keberagaman sebagai kekuatan strategis, perlu langkah konkret dalam merancang pembangunan yang inklusif dan berbasis budaya:
1. Pendidikan Multikultural
Pendidikan yang menghargai keragaman dapat membentuk generasi yang toleran, terbuka, dan menghargai perbedaan. Kurikulum perlu memuat sejarah dan budaya lokal, serta mempromosikan nilai kebangsaan yang menyatukan, bukan menyeragamkan.
2. Pengakuan dan Pemberdayaan Masyarakat Adat
Pengakuan hak masyarakat adat atas tanah, sumber daya, dan identitas mereka harus diwujudkan dalam regulasi yang konkret. Mereka perlu dilibatkan dalam perencanaan pembangunan agar hasilnya sesuai dengan nilai dan aspirasi lokal.
3. Kebijakan Inklusif dan Sensitif Budaya
Setiap program pembangunan harus diuji sensitivitas budayanya. Analisis dampak budaya perlu dijadikan standar dalam merancang kebijakan publik, sebagaimana halnya analisis dampak lingkungan. Dengan demikian, pembangunan tidak akan mencederai keberagaman, tetapi justru menguatkannya.
4. Penguatan Kolaborasi Antarsektor
Keberagaman tidak dapat dikelola hanya oleh pemerintah. Diperlukan kerja sama antara negara, akademisi, pelaku usaha, masyarakat sipil, dan lembaga adat. Kolaborasi lintas sektor ini akan memperkuat tata kelola pembangunan yang demokratis dan inklusif.
Maka dapat disimpulkan bahwa Keberagaman budaya dan sosial adalah kekayaan yang tak ternilai bagi Indonesia. Lebih dari sekadar warisan, keberagaman adalah modal strategis yang dapat memperkuat pembangunan nasional dari sisi sosial, ekonomi, maupun kultural. Dalam kerangka pembangunan inklusif, keberagaman harus dipandang sebagai kekuatan yang menyatukan, bukan memecah belah.
Untuk itu, diperlukan kebijakan yang tidak hanya bersifat administratif atau teknokratis, melainkan juga berpihak pada nilai-nilai lokal dan menjunjung tinggi pluralitas. Lebih tepat nya juga pengesahan RUU Masyarakat Adat guna menuju keseharian masyarakat adat sehingga masyarakat adat juga memiliki peran dalam mewujudkan pembangunan negara Indonesia.
Indonesia yang akan menjadi bangsa besar bukan karena penyeragaman, tetapi karena kemampuannya merangkul perbedaan dan menjadikannya sebagai kekuatan bersama. Dalam dunia yang semakin homogen, keberagaman adalah keunggulan yang membedakan, sekaligus landasan yang menguatkan.