Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Kolom

Kekuasaan: Antara Menghidupkan dan Mematikan

×

Kekuasaan: Antara Menghidupkan dan Mematikan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Su’udut Tasdiq, S.HI., LL.M., Ketua DPD PAN Rembang, Pengajar di Pesantren-Sekolah Alam Planet NUFO Rembang

Kekuasaan adalah salah satu unsur fundamental dalam kehidupan manusia. Ia merupakan alat yang dapat digunakan untuk menciptakan kebaikan atau kehancuran, tergantung pada siapa yang memegangnya dan bagaimana kekuasaan itu digunakan. Dalam sejarah, kita dapat melihat banyak contoh bagaimana kekuasaan tidak hanya menjadi alat untuk membangun peradaban besar, tetapi juga menjadi penyebab konflik, kehancuran, bahkan penderitaan yang banyak memakan korban jiwa.

Example 300x600

Ketika digunakan dengan bijak, kekuasaan akan menjadi alat yang sangat bermanfaat. Seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan dapat menciptakan kebijakan yang memberikan manfaat besar bagi rakyatnya. Mereka dapat membangun infrastruktur, menciptakan lapangan kerja, menyediakan pendidikan, meningkatkan kesehatan masyarakat, dan memastikan keadilan sosial, bahkan bisa memberi makan rakyat dengan gratis. Kekuasaan yang dikelola dengan baik adalah jalan untuk membangun masyarakat yang makmur dan berkeadilan.

Dalam Islam, kekuasaan dianggap sebagai amanah besar dari Allah. Seorang pemimpin yang bertanggung jawab bukan hanya dituntut untuk melayani rakyatnya, tetapi juga harus bertanggung jawab di hadapan Allah kelak. Maka, seorang pemimpin mempunyai dua dimensi yang menjadi tempat pertanggunjawabannya kelak, yaitu dimensi vertikal dan horizontal. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa kekuasaan sejati bukanlah tentang kepentingan pribadi, tetapi tentang melayani dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat yang dipimpinnya. Kepemimpinan Umar bin Khattab bisa menjadi contoh ideal penggunaan kekuasaan dalam Islam. Di bawah pemerintahannya, rakyat bisa merasakan keadilan, kesejahteraan, dan mendapatkan rasa aman. Bahkan, Umar pernah berkata, “Demi Allah jika ada seekor keledai jatuh terperosok di negeri Irak, aku khawatir keledai itu akan menuntut hisab kepadaku di hari kiamat.”

Saat itu Umar tinggal di Madinah. Ia menjelaskan jika jalan di Irak yang jaraknya sangat jauh dari tempatnya itu rusak dan mengakibatkan penderitaan rakyatnya, tentu itu merupakan kesalahannya yang harus dipertanggungjawabkan.

Kekuasaan Bisa Mematikan

Sebaliknya, kekuasaan juga dapat menjadi alat pemusnah yang mematikan. Ketika disalahgunakan, kekuasaan membawa kehancuran bagi manusia dan lingkungan. Dalam sejarah dunia, banyak kisah penguasa yang menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, penindasan, dan eksploitasi. Kekuasaan yang disertai dengan keserakahan, korupsi, kolusi, nepotisme dan kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat sering kali menghasilkan ketidakadilan, kemiskinan, kerusakan lingkungan, bahkan konflik yang berkepanjangan.

Dalam Al-Qur’an, kisah Fir’aun menjadi contoh riil bagaimana kekuasaan dapat membinasakan ketika tidak dijalankan dengan benar. Fir’aun adalah simbol penguasa otoriter yang menggunakan kekuasaannya untuk menindas, memanipulasi, dan menyebarkan kerusakan. Allah memperingatkan dalam Surah Al-Qashasu (28:4): “Sesungguhnya Firʻaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah. Dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil). Dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuannya. Sesungguhnya dia (Firʻaun) termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Kisah Fir’aun memberikan pelajaran dan peringatan bahwa kekuasaan yang tidak dijalankan dengan benar pada akhirnya akan membawa kehancuran, baik bagi pemimpin itu sendiri maupun rakyat yang dipimpinnya. Sebaliknya, kekuasaan yang dijalankan dengan benar berdasarkan nilai-nilai kebenaran akan mampu memberikan kesejahteraan, bahkan bisa mempersatukan kembali negara yang mulanya penuh konflik dan terpecah belah. Sepertinya halnya Nabi Muhammad yang dengan kebijaksanaanya dalam menggunakan kekuasaan, akhirnya mampu mempersatukan orang Arab yang bersuku-suku dan penuh dengan konflik.

Salah satu pemimpin Afrika yang dikenal dengan pandangan bijaknya tentang kekuasaan adalah Nelson Mandela. Ia pernah berkata, “Leadership is not about being in charge. It is about taking care of those in your charge.” Ia berpandangan bahwa Kepemimpinan bukan tentang hanya sekedar menjadi penguasa. Akan tetapi, kepemimpinan adalah tentang menjaga dan merawat mereka yang berada di bawah tanggung jawab penguasa tersebut. Mandela menggunakan kekuasaannya untuk mengakhiri apartheid di Afrika Selatan dan menciptakan persatuan di negara yang lama terpecah.

Bung Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia, pernah berkata, “Kekuasaan tanpa moral akan melahirkan tirani.” Pernyataan ini menegaskan bahwa kekuasaan harus selalu disandingkan dengan nilai-nilai moral dan etika. Tanpanya, kekuasaan hanya akan menjadi alat untuk memenuhi kepentingan pribadi, menindas dan merugikan rakyat.

Kekuasaan adalah alat perjuangan yang paling berat. Pemegang kekuasaan layaknya orang yang berada diantara surga dan neraka. Jika ia menggunakan kekuasaan dengan semena-mena dan menyebabkan penderitaan rakyat, maka ia akan tergelincir ke dalam neraka, begitupun sebaliknya, jika kekuasaan digunakan dengan benar dan menghasilkan kemakmuran, serta keadilan, maka surga adalah balasannya.

Kekuasaan di sini seperti pisau bermata dua, ia harus dikelola dengan hati-hati. Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang seorang penguasa agar tidak membawa kehancuran. Pertama, amanah. Pemimpin harus amanah, menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan siap bertanggung jawab atas setiap kebijakan mereka, baik bertanggung jawab kepada rakyat maupun kepada Tuhan.

Kedua, transparansi. Pemimpin harus transparan. Kekuasaan harus dijalankan dengan keterbukaan, sehingga memungkinan rakyat memahami keputusan yang diambil oleh penguasa dan kebijakan yang diterapkan untuk mereka. Dengan begitu, rakyat tahu bagaimana kekuasaan itu digunakan. Transparansi menjadi kunci untuk meningkatkan kepercayaan publik.

Ketiga, keadilan. Pemimpin harus mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa kebijakan mereka untuk memberikan keadilan, terutama bagi kaum lemah dan tertindas. Keempat, rendah hati. Seorang pemimpin harus menyadari bahwa kekuasaan adalah amanah, bukanlah hak istimewa. Maka menjadi pemimpin tidak boleh sombong atau semena-mena dengan rakyatnya.

Pada akhirnya, kekuasaan adalah amanah yang pasti akan dipertanggungjawabkan. Maka pemegang kekuasaan harus memprioritaskan kepentingan rakyat. Rakyat pun, harus ikut aktif untuk mengawasi pemegang kekuasaan, ikut memastikan bahwa penguasa menggunakan kekuasaannya dengan adil dan bertanggung jawab. Sebab, kehidupan yang makmur dan adil hanya bisa terwujud jika kekuasaan digunakan dengan benar. Walláhu a’lamu bi al-shawwáb.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *