Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Opini

Kekuasaan Mahasiswa di Tengah Transisi Struktural Kampus

×

Kekuasaan Mahasiswa di Tengah Transisi Struktural Kampus

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Muhamad Rijal, Mahasiswa STIT AL-AZAMI Cianjur

Evolusi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Dalam setiap organisasi, terutama lembaga pendidikan, transisi struktural kerap hadir sebagai jawaban atas kebutuhan kampus. Namun, perubahan juga selalu melahirkan dinamika bahkan gesekan antara pihak yang mendorong kebijakan baru dan pihak yang masih bertahan dengan pola lama. Situasi inilah yang sedang terjadi di kampus kita, ketika pimpinan lembaga menetapkan kebijakan struktural baru yang belum sepenuhnya diterima oleh jajaran struktural lama dan bahkan sampai saat ini menimbulkan ketidak mauan pergeseran struktural lama dengan yang baru.hal ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Di balik gesekan antara struktural lama dan struktural baru pimpinan kampus, ada mahasiswa yang menjadi pihak paling terdampak. Administrasi akademik yang tersendat, layanan yang membingungkan, hingga kebijakan yang tidak seragam seringkali menjadi konsekuensi dari tarik menarik kepentingan ini. Di tengah kebingungan itu, muncul pertanyaan mendasar di mana posisi mahasiswa dalam dinamika transisi ini?Arief Budiman pernah mengatakan bahwa mahasiswa merupakan kelompok termuda dalam jajaran cendekiawan. Artinya, mahasiswa tidak hanya menyelesaikan kewajiban dalam menyelesaikan program studinya, melainkan mahasiswa juga punya kaidah formal untuk menjadi agen perubahan sosial, hadir di tengah-tengah problematika sosial, dan turun guna menuntaskannya.Mahasiswa sebagai kelompok yang terorganisir memiliki kekuatan politik yang cukup besar di dalam kampus. Kekuatan ini muncul melalui aksi kolektif seperti demonstrasi, protes, serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusanKekuasaan mahasiswa tidak lahir dari jabatan formal, melainkan dari moralitas, intelektualitas, dan keberanian bersuara. Di tingkat kampus, kekuasaan ini terwujud dalam bentuk kritik, aspirasi, hingga gerakan bersama yang mampu menekan pihak struktural untuk membuka ruang dialog.Sayangnya, dalam praktiknya, transisi struktural di kampus sering berjalan tertutup. Informasi mengenai arah kebijakan baru minim, forum diskusi jarang dilakukan, dan mahasiswa seringkali hanya diberi tahu setelah keputusan ditetapkan. Hal ini melahirkan jarak antara mahasiswa dengan pimpinan, sekaligus memperkuat kesan bahwa perubahan hanya menjadi urusan elit struktural semata. Padahal, mahasiswa adalah mayoritas dalam ekosistem kampus, yang setiap kebijakannya akan langsung mereka rasakan.Kondisi ini semakin rumit ketika struktural lama menolak adanya penurunan dan pergeseran struktural menimbulkan berbagai dinamika kampus pihak satu menggiring berbagai opini, pihak lainya lagi menggiring opini nya lagi Situasi semacam ini jelas menimbulkan ketidakpastian dan bahkan merugikan mahasiswa.Di sinilah pentingnya mahasiswa menyadari kembali kekuasaannya Transisi ini seharusnya dijadikan momentum bagi mahasiswa untuk memperkuat perannya sebagai pengawal moral kampus. Melalui forum-forum resmi seperti organisasi mahasiswa, dewan legislatif mahasiswa, maupun pergerakan informal, mahasiswa perlu menyuarakan aspirasi dengan tegas. Jalan Kritik ini bukanlah bentuk perlawanan, akan tetapi sebuah bentuk kepedulian. Harapannya, pihak kampus juga tidak melihat suara mahasiswa sebagai ancaman. Transparansi kebijakan akan mengurangi kecurigaan, partisipasi mahasiswa akan memperkuat legitimasi, dan keadilan dalam setiap keputusan akan menghadirkan rasa memiliki bagi seluruh civitas akademika.Akhirnya, transisi struktural di kampus akan berhasil jika semua pihak mau duduk bersama. Struktural lama perlu membuka diri terhadap pembaruan, pimpinan kampus harus lebih transparan dalam menjelaskan arah kebijakan, dan mahasiswa wajib aktif mengawal serta mengkritisi jalannya perubahan. Kekuasaan mahasiswa di sini bukan untuk menggantikan peran pimpinan, melainkan untuk memastikan bahwa kampus tetap berjalan dalam semangat akademik yang sehat, demokratis, dan berpihak pada kepentingan bersama.

Example 300x600

Terakhir, sebagai penutup tak elok rasanya bila segenap mahasiswa dalam kancah perguruan tinggi, melebeli dirinya sebagai kaum cendekiawan. Kemudian tidak ingat atau jangan-jangan lupa terhadap fungsi yang melekat dalam dirinya. Mahasiswa juga bagian dari kelompok masyarakat, mahasiswa akan kembali pada masyarakat, mahasiswa pula akan menjadi pioneer dalam masyarakat itu sendiri. Seperti kata Najwa Sihab, “Ilmu jangan hanya dijadikan objek hafalan. Ilmu itu untuk memahami dan menuntaskan persoalan.”

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *