Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Fiksi MiniGen-Z

Ketika yang Maya Tertampar Bayangan Nyata

×

Ketika yang Maya Tertampar Bayangan Nyata

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Malam itu, seminar yang diadakan oleh Bang Sat berjalan dengan ironi yang tajam. Di tengah ruangan yang remang, peserta-peserta tampak terkagum-kagum dengan penjelasan retoris Bang Sat. Mereka mengangguk, bersorak, dan membanjiri media sosial dengan komentar-komentar pujian. Setiap kata yang dilontarkan Bang Sat seolah membungkus realita dengan lapisan glamor—sebuah penampilan yang sangat menarik bagi mata yang tak ingin melihat kekurangannya.

Namun, di balik sorak-sorai itu, Lee Moo Sin merasa ada yang tak beres. Walaupun kerumunan terpukau, hatinya masih diselimuti keraguan yang mendalam. Ia merasa bahwa segala kemegahan itu hanyalah ilusi, topeng retorika yang disusun rapi untuk menyembunyikan kerapuhan sesungguhnya.

Example 300x600

Sesuatu di balik citra megah yang dibangun Bang Sat tidaklah konsisten dengan apa yang pernah ia dengar dari sumber-sumber yang lebih dekat dengan realita perjuangan. Tidak ingin terbuai oleh janji manis dan branding semata, Lee pun memutuskan untuk menemui Bang Kay, sahabat dan sosok yang selama ini berpegang teguh pada nilai perjuangan sejati.

Di sebuah sudut kafe yang remang, dengan aroma kopi yang menghangatkan suasana, Lee mengungkapkan kegundahan hatinya kepada Bang Kay.

Lee Moo Sin memulai percakapannya. “Bang Kay, aku ikut seminar Bang Sat tadi. Semua peserta tampak terpesona, tapi aku merasakan ada yang tidak beres. Rasanya branding-nya terlalu sempurna, seolah ada sesuatu yang disembunyikan.”

Bang Kay mengangguk serius. “Aku sudah lama menduga. Ada beberapa informasi yang beredar di kalangan tertentu tentang Bang Sat. Ternyata, di balik semua citra ‘selesai’ yang ia bangun, ada bukti bahwa ia terjerat pinjol dan judi online. Bukti itu baru diketahui oleh beberapa pihak, tapi cukup untuk menunjukkan bahwa realitanya jauh dari yang ia pamerkan.”

Mendengar itu, Lee merasa jantungnya berdegup kencang. Bang Kay kemudian mengajak Lee ke teras di belakang kafe, supaya lebih aman. Di situ, Bang Kay dengan hati-hati mengeluarkan beberapa bukti: screenshot chat, rekaman transaksi, dan dokumen yang mengindikasikan keterlibatan Bang Sat dalam pinjaman online dengan bunga tinggi serta aktivitas judi online yang merugikan.

Di layar ponsel, terlihat percakapan yang mengungkap keragu-raguan mitra bisnis dan keluhan dari pihak-pihak yang pernah berurusan dengan pinjol tersebut. Tidak hanya itu, ada pula rekaman yang menunjukkan Bang Sat sedang terlibat dalam aktivitas judi online, dengan saldo yang jelas menunjukkan adanya kerugian besar.

Lee memandang bukti itu dengan mata terbelalak, perlahan menyusun kepingan-kepingan kebenaran.

Lee Moo Sin (dalam hati): “Inilah yang selama ini kupunyai firasatnya. Semua janji manis dan citra yang gemilang hanyalah tipuan. Bukti nyata ini menunjukkan bahwa perjuangan sejati tidak bisa dibangun di atas dasar kebohongan.”

Setelah menutup ponsel, Lee menatap Bang Kay dengan tatapan penuh kepastian.

Terima kasih, Bang Kay. Aku jadi mengerti sekarang. Branding memang bisa menipu mata, tapi kenyataan tidak bisa disembunyikan selamanya. Aku tak ingin terjebak dalam janji-janji semu yang hanya menggiurkan selera, bukan mendatangkan perubahan nyata.”

Bang Kay tersenyum, lega melihat Lee menemukan pijakan kebenaran di tengah kebingungan digital. “Moo Sin, perjuangan yang tulus selalu punya bukti nyata. Kita harus lebih selektif memilih siapa yang kita jadikan panutan. Jangan sampai citra yang mengilap menutupi realita yang pahit.”

Di tengah keraguan yang dulu menghantui, kini Lee menemukan pijakan yang lebih kokoh—sebuah tekad untuk mencari kebenaran di balik gemerlap citra dan untuk berjuang dengan integritas. Dengan bukti yang tak terbantahkan di tangan, ia bersumpah untuk tidak terbuai oleh janji-janji manis yang hanya menggiurkan selera, melainkan untuk mengejar aktivisme yang sejati dan berjiwa.

Dari buku “Apologia Aktivis Kampret” oleh Mokhamad Abdul Aziz

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fiksi Mini

Oleh: Ficky Prasetyo Wibowo, Guru Seni Musik Sekolah…

Gen-Z

Kecemasan tibaMembawa kecemasan tak terhinggaPerlahan membuatku sakit jiwaPerlahan…