Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
KolomLifestyle

Kiat Ampuh Mengatasi Demam Panggung

×

Kiat Ampuh Mengatasi Demam Panggung

Sebarkan artikel ini
Muhammad Aufal Fresky
Example 468x60

Oleh: Muhammad Aufal Fresky*)

Pernakah Anda mengalami kondisi “demam panggung”? Lebih tepatnya lagi kondisi di mana Anda merasa malu alias minder ketika harus tampil di muka umum. Entah saat ditunjuk sebagai moderator, MC, pemateri, dan semacamnya. Saya pribadi pernah mengalami keadaan semacam itu. Tidak hanya sekali dua kali. Hampir berkali-kali saya berada dalam kondisi semacam itu. Tubuh seolah mengeluarkan keringat dingin dan jari-jari terasa gemetar. Lidah seolah menjadi kelu untuk sekadar mengucapkan salam. Beberap tahun setelah kejadian itu, saya menyadari betul, bahwa ternyata memang saya tidak terlatih dan terbiasa untuk berbicara di depan publik. Lambat laun, saya memahami bahwa untuk tampil percaya diri sebagai public speaker, memang harus meningkatkan “jam terbang”. Tidak ada jalan pintas untuk menjadi pembicara hebat yang menarik perhatian publik. Semua perlu dipelajari, dilatih, dan dibiasakan.

Example 300x600

Perlahan, saya pun mencari-cari cara untuk mengikis rasa minder yang selama ini bercokol dalam diri. Salah satu jalan yang saya tempuh yaitu dengan mengikuti beberapa organisasi inttra dan ekstra kampus. Saat menjadi mahasiswa semester tiga di salah satu PTN di Surabaya, saya mulai getol untuk melatih kemampuan berkomunikasi saya. Ketika itu, saya juga sangat terbantu dengan kehadiran beberapa senior organisasi yang memang mendorong saya untuk berkembang. Mereka memberikan kesempatan untuk saya tampil di forum-forum diskusi skala kecil yang biasanya dihadiri sekitar 4-10 mahasiswa. Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Entah itu ditunjuk sebagai moderator ataupun pemateri, saya tidak ambil pusing. Intinya, saya bisa melatih kemampuan komunikasi saya di hadapan umum. Kesadaran akan pentingnya menambah jam terbang berbicara di depan umum pun kian meningkat. Saya memutuskan untuk tidak tergantung pada senior.

Artinya, saya mencoba untuk berproses sendiri. Apalagi, senior organisasi tidak selamanya bisa mendampingi dan memotivasi saya. Sebab, mereka juga memiliki kesibukannya masing-masing. Sebab itulah, saya mulai belajar bagaimana menciptakan peluang dan kesempatan agar saya bisa berdampak untuk teman-teman di lingkungan organisasi dan lingkungan lebih luasnya lagi. Kebetulan, saat itu, saya juga memiliki sedikit kemampuan yang bisa “dijual” dan “ditawarkan” kepada mahasiswa. Kemampuan tersebut yaitu kemampuan menulis. Ya, saya mulai mendorong diri saya sendiri untuk membagikan pengalaman dan ilmu terkait dunia tulis menulis lewat berbagai forum/kegiatan. Secara tidak langsung, hal itu memberikan kesempatan bagi saya pribadi untuk mengasah kemampuan komunikasi saya.

Seiring berjalannya waktu, rasa gugup, minder, dan inferior saya ketika berbicara di hadapan publik mulai hilang. Tentu saja hal itu tidak lepas dari banyak faktor. Salah satunya yaitu lingkungan organsisasi yang memang mendukung penuh. Rasa-rasanya saya berhutang jasa kepada senior-senior saya dulu. Sebab, melalui mereka juga, saya memiliki jam terbang yang cukup untuk menempa diri. Soft skill saya betul-betul terasah berkat kontribusi mereka. Khususnya dalam bidang komunikasi publik. Forum-forum diskusi kecil yang mana saya cukup aktif di dalamnya memang terbukti ampuh dalam menempa mentalitas saya. Termasuk bagaimana cara berkomunikasi yang efektif, jelas, dan mudah dipahami, saya dapatkan di dunia organisasi. Ditambah lagi, bagaimana membangun pola pikir yang kritis, logis, konstruktif, dan solutif, juga saya peroleh dari sebagian senior dan kawan-kawan organisasi. Jadi sangat tidak mungkin saya membusungkan dada dan berucap: “Kemampuan komunikasi publik yang saya miliki berkat ketekunan dan kecerdasan saya”. Pernyataan semacam itu seakan-akan menghilangkan peran besar orang-orang di belakang kita selama ini. Lagian, selama ini, proses yang saya lalui di dunia organisasi juga tidak lepas dari keterlibatan senior dan kawan-kawan saya, Mereka semua bukan sekadar kolega seperjuangan. Lebih dari itu menjadi mentor, guru, pendidik, dan pembimbing dalam perjalanan hidup saya. Terutama dalam perjalanan mengasah potensi diri.

Lalu, mungkin Anda kembali bertanya pada diri saya: “Apakah saya sudah puas dengan proses pembelajaran di organisasi?” Dengan tegas saya jawab: Belum. Hingga saat ini, saya masih terus dan akan terus berupaya untuk menimba pengetahuan, ilmu, hikmah, dan kebijaksanaan hidup kepada setiap orang ataupun makhluk yang saya jumpai. Bagi saya, kehidupan ini adalah universitas yang tiada batas. Lebih besar, luas, dan kompleks dibandingkan universitas yang selama ini kita kenal. Salah kaprah jika saya merasa puas dengan ilmu dan skill berkomunikasi yang saya miliki. Sebab, saya percaya dan yakin betul, bahwa yang namanya proses menimba ilmu ini adalah proses sepanjang hayat. Termasuk ilmu tentang komunikasi publik.

Untuk memungkasi catatan ini, saya berharap adik-adik dan teman-teman yang masih duduk di bangku kuliah, agar tidak malas untuk berproses dan menempa diri. Khususnya dalam berbicara di depan umum. Sebab, kemampuan komunikasi itu pasti dibutuhkan. Bahkan akan selalu dibutuhkan nantinya ketika terjun ke masyarakat. Ide dan pemikiran brilian kita akan mudah tersampaikan ke masyarakat mana kala kita sudah terbiasa tampil. Jangan sia-siakan usia muda yang hanya sebentar saja. Jangan sampai penyesalan datang di kemudian hari setelah semuanya tak bisa diputar ulang. Jadi, mumpung masih ada waktu dan kesempatan, manfaatkanlah sebaik mungkin untuk mengasah kemampuan berkomunikasi.

Caranya aktiflah berorganisasi, perbanyak kawan, rajinlah melahap buku, dan latihlah skill komunikasi di setiap forum/acara. Semoga catatan ini bisa sedikit memberikan insight bagi Anda betapa pentingnya berproses dalam menempa diri. Jadi kunci bisa tampil percaya diri berbicara di hadapan publik adalah mentalitas. Dan mentalitas itu kita asah dengan memperbanyak jam terbang. Jam terbang kita tingkatkan dengan aktif berorganisasi. Jadi, pemuda tidak boleh malas gerak. Mesti aktif dan produktif terus. Nikmatilah setiap proses yang ada. Proses yang dijalani secara istikamah akan mematangkan diri kita sebagai pribadi yang bernilai.

*) Penulis buku Empat Titik Lima Dimensi

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *