Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Esai

Komunikasi Intrapersonal: Kunci Menghadapi Dilema antara Seni dan Agama

×

Komunikasi Intrapersonal: Kunci Menghadapi Dilema antara Seni dan Agama

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Ririt Puji Astuti, Mahasiswi Fakultas Dakwah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Salatiga

Dalam hidup kita sering dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Dilema antara seni sebagai passion dan agama sebagai prinsip, sering kali menjadi pergulatan batin bagi mereka yang mencintai keduanya. Sebagai seorang muslimah yang tumbuh di lingkungan seni, tentunya saya merasakan betul betapa sulitnya menyeimbangkan antara kecintaan terhadap seni, seperti tari tradisional jawa dengan komitmen yang kuat terhadap prinsip-prinsip agama. Disitulah saya mencoba untuk berdialog dengan diri sendiri, agar dapat mengelola emosi dan menemukan solusi.

Example 300x600

Saya selalu merasa seni adalah rumah. Entah mengapa, ketika menari, rasanya seolah menemukan jati diri. Rasa senang saat mendengar suara gamelan membuat tubuh ini mencoba untuk menyelaraskan gerakan. Hitungan satu sampai delapan seakan menjadi rumus dalam kehidupan. Namun, di balik kebahagiaan yang saya rasakan, ada perasaan yang selalu mengingatkan saya pada kewajiban.

Sebagai seorang muslimah yang mengenakan jilbab, saya merasa dilema antara kecintaan terhadap seni, seperti tari tradisional Jawa, dengan kewajiban agama yang mewajibkan saya menjaga aurat. Di tengah kebahagiaan menari, terbayanglah aturan-aturan yang seharusnya saya patuhi. Saya mulai bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya masih bisa menari, atau cukup sampai di sini?” Pertanyaan itu seperti menghakimi. Pertanyaan itu seakan-akan selalu menghakimi.

Dilema itu muncul ketika saya menggapai impian sebagai penari, dengan berbagai peluang yang semakin membuat saya ingin mendalami dunia seni. Saat itu, saya kerap kali dihadapkan dengan kesempatan untuk menari, yang semakin membuat saya jatuh cinta pada seni. Namun, di saat yang sama, ada gejolak dalam sanubari. Saya sering merasa seolah berada di persimpangan jalan yang sulit. Di satu sisi, saya merasa begitu bahagia bisa mengekspresikan diri melalui gerak tari dengan sepenuh hati, dan berkontribusi dalam melestarikan seni budaya Jawa yang telah mengakar dalam diri.

Namun di sisi lain, saya harus berpegang teguh dengan aturan agama yang saya yakini. Pada titik ini, saya mulai berdialog dengan diri sendiri. Dari sini saya mulai paham, komunikasi intrapersonal atau self-talk ternyata sangat penting dalam menghadapi dilema dan meregulasi emosi Situasi ini membuat saya merenung dan berbicara dengan diri sendiri: “Apa yang sebenarnya saya inginkan, dan apa yang seharusnya saya lakukan? Apakah tetap menggandrungi passionku atau menjalani kewajibanku? Bisakah aku menjalani keduanya secara berdampingan?” Saya mencoba mendengarkan diri sendiri, memahami apa yang saya inginkan dan saya takutkan, hingga akhirnya saya memutuskan untuk berhenti menari jika harus melepas jilbab, yang mana adalah sebuah kewajiban yang harus saya jalankan.

Tentunya, mengambil keputusan tersebut tidaklah mudah. Akan tetapi, melalui komunikasi intrapersonal, saya bisa menerima bahwa mungkin seni tidaklah harus tampil di panggung besar atau berkompetisi yang mengharuskan saya mengorbankan prinsip yang saya yakini, seperti dalam acara seni formal yang memang mengharuskan penari mengenakan busana sesuai pakem. Selain itu, saya juga menemukan sebuah jawaban bahwa seni tidak harus menjadi sebuah profesi, namun cukup sebagai hobi yang dapat menjadi media untuk mengekspresikan diri, sekaligus memberikan kepuasan dan kebahagiaan.

Kini saya tahu, bahwa komunikasi intrapersonal adalah kunci dalam menghadapi dilema ini. Dengan berdialog dengan diri sendiri, saya dapat menemukan solusi yang membawa kedamaian dalam hati. Saya percaya dilema ini bukan tentang memilih salah satu, melainkan tentang bagaimana menyeimbangkan keduanya tanpa harus saling mengorbankan. Seni tetaplah rumah, tapi agama tetaplah yang utama, karena agama adalah kompas yang memberikan arah agar hidup selalu terarah.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *