Pikiranbangsa.co –Pekalongan, Mahasiswa KKN Tematik Ekoteologi Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan mengadakan kegiatan Sosialisasi Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik di Desa Sampih, Kecamatan Wonopringgo, Jum’at (31/10).
Kegiatan ini menggandeng Fatayat NU Desa Sampih serta bekerja sama dengan Bank Sampah Unit (BSU) Desa Rowokembu sebagai mitra dalam pengelolaan sampah berkelanjutan.
Berbeda dari kegiatan formal di balai desa, sosialisasi kali ini berlangsung di rumah salah satu anggota Fatayat NU Desa Sampih, dengan suasana kekeluargaan yang hangat dan penuh antusiasme. Kegiatan dihadiri oleh pengurus dan anggota Fatayat NU, tim BSU Rowokembu, serta dosen pembimbing lapangan (DPL) mahasiswa KKN.
Acara dimulai pada pukul 13.30 WIB dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh salah satu anggota Fatayat NU sebagai bentuk rasa syukur dan doa bersama agar kegiatan berjalan lancar. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh tim BSU Rowokembu mengenai pentingnya pengelolaan sampah organik dan anorganik, serta praktik langsung pembuatan eko enzim dan kompos sederhana menggunakan galon bekas.
Sosialisasi Pembuatan Eko Enzim
Tim BSU menjelaskan bahwa eko enzim merupakan cairan hasil fermentasi limbah organik seperti kulit buah dan sayur yang bermanfaat sebagai pupuk cair alami maupun cairan pembersih rumah tangga.
Langkah pembuatannya:
- Siapkan 1 kg kulit buah atau sisa sayuran, 3 liter air bersih, dan 100 gram gula merah atau molase.
- Campurkan semua bahan ke dalam wadah tertutup (seperti jerigen atau botol besar), aduk rata, dan simpan di tempat teduh selama 3 bulan.
- Kocok wadah setiap minggu agar fermentasi berjalan merata.
- Setelah tiga bulan, cairan hasil fermentasi siap digunakan sebagai pupuk cair atau cairan pembersih ramah lingkungan.
Sosialisasi Pembuatan Kompos dengan Galon
Selain eko enzim, peserta juga diajarkan membuat kompos sederhana dari sampah organik menggunakan galon bekas.
Langkah-langkahnya:
- Lubangi galon pada beberapa sisi untuk sirkulasi udara.
- Masukkan sampah organik seperti sisa makanan, daun, dan kulit buah secara bertahap, diselingi tanah atau sekam.
- Semprotkan larutan EM4 untuk mempercepat proses pengomposan.
- Aduk isi galon setiap 3–5 hari agar proses berjalan merata.
- Setelah 2–4 minggu, kompos siap digunakan sebagai pupuk alami untuk tanaman.
Kegiatan Penuh Kebersamaan
Setelah sesi praktik, kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah antara peserta, mahasiswa KKN, dan tim BSU. Acara diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai bentuk dokumentasi dan simbol kerja sama antara mahasiswa KKN, Fatayat NU Desa Sampih, dan BSU Rowokembu dalam upaya mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara mahasiswa, masyarakat, dan lembaga pengelola sampah dapat menciptakan gerakan peduli lingkungan berbasis ekoteologi yakni kesadaran spiritual untuk menjaga bumi sebagai amanah Tuhan.
Dengan kegiatan ini, mahasiswa KKN Tematik Ekoteologi UIN Gus Dur Pekalongan berharap masyarakat Desa Sampih dapat menjadi contoh nyata dalam penerapan pengelolaan sampah berkelanjutan dan inspirasi bagi desa-desa lainnya di Kecamatan Wonopringgo.


















