Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Gen-ZMimbar Mahasiswa

Media Sosial dan Ilusi Kehidupan Estetik di Kalangan Gen Z

×

Media Sosial dan Ilusi Kehidupan Estetik di Kalangan Gen Z

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Vella Rismayanti, Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Pada era perkembangan teknologi yang semakin pesat, kecanggihan digital memungkinkan setiap orang mengakses informasi dengan sangat mudah melalui internet, terutama kalangan Gen Z yang hidup berdampingan dengan perubahan teknologi. Akses terhadap media sosial kini sangat mudah dijangkau, dan hampir semua orang dapat berkomunikasi melalui platform tersebut. Media sosial tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga ruang pembentukan gaya hidup modern.

Example 300x600

Perkembangan media sosial yang semakin canggih memunculkan perilaku di mana individu ingin menampilkan gaya hidup mereka. Dalam hal ini, estetika menjadi aspek yang sangat diperhatikan ketika membuat sebuah konten atau memposting sesuatu. Fenomena ini sangat sering terjadi, terutama pada Gen Z sebagai pengguna aktif berbagai media sosial. Media sosial seolah menciptakan ilusi bahwa memiliki barang estetik dapat membuat hidup seseorang tampak lebih baik.

Media sosial juga menjadi tempat para influencer merekomendasikan berbagai barang atau konten yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mengikuti gaya hidup mereka. Konten yang mereka unggah sangat memengaruhi audiensnya. Para influencer sering menawarkan produk dengan kalimat “rekomendasi barang estetik…”, sehingga membuat penonton ikut tergiur. Banyak Gen Z yang mudah terpengaruh hingga akhirnya membeli barang bukan lagi berdasarkan kebutuhan, melainkan demi tampilan yang estetik atau sekadar mengikuti tren. Jika fenomena ini terus berlanjut, maka estetika dapat mengalahkan kebutuhan dan menimbulkan pola hidup boros yang akhirnya merugikan diri sendiri. Misalnya, beberapa Gen Z lebih memilih tempat nongkrong yang estetik meskipun harganya mahal dan kualitasnya biasa saja, dibandingkan tempat sederhana yang lebih terjangkau namun berkualitas baik. Mereka juga kerap membeli barang dengan tampilan estetik meski tidak terlalu berfungsi. Tanpa disadari, perilaku seperti ini memberikan dampak besar bagi kehidupan mereka.

Keputusan membeli barang estetik dapat memunculkan perilaku konsumtif. Banyak barang estetik yang sebenarnya tidak memiliki kegunaan, namun tetap diminati kalangan Gen Z, seperti hiasan tas, gantungan kunci, casing HP, aksesoris, atau gelang yang hanya berfungsi sebagai hiasan. Meskipun terlihat menarik dan lucu, barang-barang tersebut kadang hanya digunakan sebentar karena tren baru akan muncul kembali, sehingga mereka membeli produk yang lebih estetik dari sebelumnya. Akibatnya barang-barang estetik yang telah dibeli hanya menumpuk dan memenuhi ruang. Fenomena ini biasanya terjadi karena keinginan sesaat, padahal tren barang estetik hanya berlangsung sebentar dan dapat berganti setiap harinya. Jika terus terjadi, tentu dapat menimbulkan perilaku konsumtif dan masalah finansial.

Tanpa disadari, membeli barang estetik tanpa fungsi yang jelas dapat menimbulkan masalah finansial. Walaupun sebagian barang yang ditawarkan harganya terjangkau, tetapi jika dibiarkan terus-menerus, pengeluaran akan semakin besar. Harga yang murah justru membuat seseorang merasa tidak keberatan untuk membeli berulang kali sehingga barang menumpuk dari waktu ke waktu. Kebiasaan ini tentu merugikan, karena uang yang seharusnya dapat ditabung justru habis untuk membeli barang-barang tersebut. Pada awalnya mungkin menimbulkan rasa puas, namun pada akhirnya justru menimbulkan masalah keuangan. Selain itu, kebiasaan ini membuat seseorang tidak mampu membedakan mana barang yang benar-benar dibutuhkan. Misalnya, Gen Z yang masih bersekolah lebih memilih membeli barang estetik dibandingkan kebutuhan sekolahnya. Hal ini menunjukkan perilaku konsumtif yang lebih mengutamakan tampilan diri daripada kebutuhan yang sebenarnya.

Secara keseluruhan, ketika estetika lebih diutamakan dibandingkan kebutuhan, akan memberikan dampak besar terhadap pola hidup. Hal yang seharusnya menjadi kebutuhan justru dianggap tidak penting. Oleh karena itu, setiap individu perlu belajar mengontrol diri, terutama Gen Z yang memiliki gaya hidup modern. Mereka perlu bijak dalam menggunakan media sosial agar tidak mudah terpengaruh membeli barang yang tidak memiliki fungsi, sehingga tidak terjebak dalam perilaku konsumtif. Tampilan memang penting, tetapi bukan berarti tidak dapat membedakan mana barang yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya sekadar keinginan.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *