Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
OpiniWirausaha

Membentuk Mental Kaya

×

Membentuk Mental Kaya

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Eka Khumaidatul Khasanah, M.E.,

Pengajar di Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo Mlagen Pamotan Rembang

Example 300x600

Sebagian besar umat Islam masih bermental miskin. Mereka ketergantungan dengan konsep takdir yang dipahami secara fatalistik tanpa berusaha dengan keras lagi cerdas untuk mengalami perubahan dalam segi ekonomi maupun sosial. Mereka cenderung hanya perpangku tangan, menerima keadaan dengan lapang dada tanpa berusaha dengan keras untuk mengembangkan diri dan berinovasi.

Padahal, ajaran Islam sebenarnya telah menekankan umatnya akan pentinya berusaha. Sebagaimana yang tercantum dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11 “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” Selain itu, dalam QS. An-Najm ayat 39 “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannay.” Firman-firman Allah tersebut sangat jelas memuat pesan bahwa keadaan seseorang tidak lepas dari usaha keras atau tidak. Apabila berusaha keras akan mendapatkan hasil yang besar, begitupun sebaliknya.

“Mental miskin” juga tidak hanya menyoal tentang kemiskinan material, tetapi juga mencakup kemiskinan wawasan, pengetahuan, dan kemampuan untuk berpikir kreatif dalam menghadapi masalah kehidupan. Hal demikian menjadikan mereka memiliki pola pikir dengan keterbatasan yang mempengaruhi cara pandang dan tindakan dalam menghadapi tantangan hidup.

Kemiskinan wawasan dan kemampuan berpikir kreatif ini disebabkan oleh kurangnya akses pada pendidikan dan pengetahuan. Entah kesulitan mengakses karena keterbatasan perangkat dan biaya, maupun dikarenakan keenggangan mereka untuk mengakses wawasan pengetahuan yang lebih luas. Padahal, saat ini wawasan dan pengetahuan dapat diperoleh dengan mudah dan murah melalui internet serta media lainnya. Walaupun demikian, sebagian besar umat Islam juga belum sepenuhnya menyadari pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam membangun perekonomian untuk meninggalkan predikat kemiskinan.

Lebih parah lagi, diberbagai kalangan umat Islam masih cenderung mengandalkan bantuan maupun donasi sebagai solusi utama dalam mengatasi kesulitan dalam perekonomian. Bahkan, tak sedikit orang yang mampu mendaftarkan diri sebagai penerima bantuan tanpa rasa malu. Tanpa disadari, ketergantungan pada bantuan orang lain dapat menciptakan pola pikir yang pasif.

Walaupun memberi atau membantu sesama sangat dianjurkan dalam Islam, tetapi akan sangat membantu apabila bantuan yang diberikan berupa modal usaha beserta ilmu mengembangkan usaha. Dengan demikian, bantuan tersebut tidak akan putus dan habis dalam jangka pendek. Begitu juga dengan konsep zakat dan infaq dalam Islam, mendorong solidaritas sosial, bukan menjadikan penerima terlalu bergantung pada pemberian orang lain. Konsep ini bisa berupa pemberian zakat produktif bukan konsumtif.

Sudah saatnya umat Islam mengatasi mental miskin dengan menanamkan mental kaya pada tingkat individu maupun masyarakat. Dalam Islam, setiap orang diajarkan untuk memiliki harapan dan keyakinan bahwa Allah tidak akan memberikan beban yang tidak dapat ditanggung, dan setiap usaha yang dilakukan dengan ikhlas pasti akan mendapatkan hasil yang sesuai. Namun, hasil ini tidak datang begitu saja tanpa upaya maksimal. Dengan menanamkan kesadaran bahwa kemiskinan bukanlah takdir yang tidak bisa diubah, umat Islam dapat didorong untuk berusaha lebih keras, mendalami ilmu pengetahuan, serta mencari solusi kreatif untuk menyelesaikan masalah.

Selanjutnya, pola pikir yang perlu diubah adalah dari mentalitas kekurangan (scarcity mindset) ke mentalitas kelimpahan (abundance mindset). Orang dengan mentalitas kekurangan selalu merasa bahwa peluang terbatas, mereka hanya bisa mendapatkan bagian kecil dari kesuksesan. Sebaliknya, seseorang dengan mental kaya memahami bahwa dunia ini penuh dengan peluang, dan kesuksesan itu bisa dicapai oleh siapa saja yang bekerja keras dan cerdas. Fokus pada apa yang bisa diperoleh, bukan pada apa yang akan hilang.

Peranan lembaga pendidikan juga sangat penting dalam pembentukan pola pikir umat setiap individu. Apalagi lembaga pendidikan Islam yang mampu menggabungkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern bisa menghasilkan individu yang tidak hanya memiliki keimanan yang kuat tetapi juga memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk bersaing di dunia modern. Pendidikan seperti ini tidak hanya membentuk kepribadian yang baik, tetapi juga membuka peluang bagi umat Islam untuk berperan aktif dalam pembangunan ekonomi dan sosial.

Dengan demikian, mental miskin yang sering dikaitkan dengan umat Islam dapat diatasi dengan perubahan pola pikir yang lebih terbuka dan progresif. Pendidikan yang mengedepankan ikhtiar, kreativitas, dan inovasi, bersama dengan pemahaman agama yang lebih mendalam dan holistik, dapat menjadi kunci utama untuk mengubah nasib dan mendorong umat Islam menuju kemajuan. Wallahu a’lamu bi al-Showwab.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *