Oleh: Hidayatur Rohmah, M. E., Pengasuh Harian Tahfidh dan Pengajar Bahasa Mandarin di Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo, Rembang
Menurut Howard Gardner, kecerdaaan linguistik verbal (verbal linguistic intelligence) adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan mempraktekkan bahasa secara efektif, baik lisan maupun tulisan. Orang yang memiliki kecerdasan ini pandai merangkai kata, menjual ide, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Salah satu latihan untuk meningkatkan kecerdasan verbal adalah menghafal teks yang berstruktur, seperti al-Qur’an. Sebagaimana isi tulisan yang berjudul “Menghafal sebagai Stimulasi Kognitif dan Kesehatan Mental”, bahwa salah satu manfaat menghafal al-Qur’an adalah meningkatkan kecerdasan kognitif, termasuk mempermudah seseorang belajar bahasa asing.
Al-Qur’an adalah kitab suci dengan struktur Bahasa Arab yang khas, ritme yang indah, dan kosa kata yang kaya. Keunikan-keunikan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi penghafalnya. Menghafal al-Qur’an membutuhkan waktu yang panjang untuk mengingat, merangkai, dan memahami maknanya. Agar hafalan tidak hilang, maka penghafal al-Qur’an harus muraja’ah (mengulang) secara terus-menerus. Aktivitas mengulang ini dapat memperkuat jaringan saraf otak, bahkan dapat membantu meningkatkan kapasitas memori. Selain melatih memori, menghafal juga melatih konsentrasi dalam jangka panjang. Jika dua elemen ini sering dilatih, maka akan membantu untuk mengembangkan kemampuan linguistik.
Menghafal al-Qur’an melibatkan elemen-elemen utama dalam meningkatkan kecerdasan linguistik verbal. Diantara elemen-elemen itu adalah listening skill, vocabulary mastery, dan grammar. Pertama, listening skill adalah kemampuan seseorang dalam mendengarkan bacaan al-Qur’an dan susunannya, kemudian bisa mengulanginya dengan benar. Keterampilan ini penting dalam mempelajari bahasa asing, terutama mempelajari pengucapan dan intonasi yang baru.
Kedua, vocabulary skill adalah kemampuan seseorang dalam memahami, mengidentifikasi, serta menggunakan kata dengan tepat. Al-Qur’an memperkenalkan kepada penghafalnya pada berbagai kosa kata, termasuk kata yang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kemampuan ini dapat membangun keterampilan seseorang untuk memahami konteks kata dan sinonim dalam kalimat. Ketiga, grammar adalah kemampuan seseorang dalam memahami struktur kalimat. Bahasa Arab dalam al-Qur’an memiliki gramatikal yang kompleks. Pemahaman ini membantu seseorang untuk menghadapi tata bahasa dalam bahasa asing lainnya, seperti bahasa mandarin yang memiliki tata aturan yang unik.
Selain aspek kognitif, menghafal al-Qur’an juga meningkatkan keterampilan fonetik dan artikulasi. Dalam membaca al-Qur’an, seseorang harus memperhatikan makharijul huruf dan hukum tajwid untuk melatih ketepatan dalam pengucapan. Hal ini berdampak positif dalam mempelajari bahasa asing, terutama yang memiliki bunyi dan pengucapan yang berbeda, seperti belajar pinyin(拼音) dan shengdiao(声调) dalam bahasa mandarin. Pakar linguistik, seperti Noam Chomsky, mengungkapkan bahwa eksposur terhadap berbagai sistem bahasa sejak dini membantu meningkatkan fleksibilitas otak dalam memahami dan menguasai bahasa lain.
Manfaat Menghafal Al-Qur’an dalam Belajar Bahasa Asing
Menghafal al-Qur’an, membiasakan otak bekerja dan berkembang untuk mengenali pola kata, memahami makna, serta mengingat urutan ayat dengan tepat. Salah satu keajaiban ayat-ayat al-Qur’an adalah memiliki pola ritmis sehingga mudah dihafal. Kebiasaan menghafal pola dapat membantu seseorang lebih terampil dalam mengidentifikasi pola linguistik baru, seperti struktur kalimat dalam bahasa asing. Misalnya, belajar Bahasa Mandarin, belajar pola kalimat, hanzi (汉字), shengdiao (声调), dan pinyin (拼音) itu penting.
Selanjutnya, kebiasaan mengulang-ulang agar hafalan al-Qur’an terikat, juga dibutuhkan dalam belajar bahasa asing. Setiap hari, penghafal al-Qur’an perlu muraja’ah dan sima’an, sedangkan seseorang yang belajar bahasa perlu menambah kosa kata dan membiasakan praktek dengan konsisten. Menghafal al-Qur’an dan belajar bahasa bisa dilakukan dalam segala kondisi. Seperti, jika kondisi badan kurang fit sehingga tidak memungkinkan untuk membaca al-Qur’an dan belajar, maka bisa tetap muraja’ah dan belajar menggunakan metode istima’ atau listening. Metode ini dapat membantu menguatkan memori auditori seseorang. Pendapat ini diperkuat oleh Dr. Badriya al-Harbi seorang Ahli Psikolinguistik Islam yang menyatakan bahwa pendengaran berulang membantu menguatkan memori jangka panjang.
Suara yang sering diulang akan tersimpan dalam otak kemudian membentuk pola memori yang kuat, sebagaimana yang terjadi dalam pembelajaran bahasa. Dengan demikian, menghafal al-Qur’an memberikan banyak manfaat dalam proses belajar bahasa asing. Dari segi linguistik, aktivitas ini membantu dalam memahami fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa lain. Sedangkan dari segi kognitif, menghafal al-Qur’an melatih daya ingat, konsentrasi, serta listening skills, yang semua ini merupakan keterampilan penting dalam pembelajaran bahasa. Selain itu, disiplin dan konsisten dalam menghafal dapat diterapkan dalam mempelajari bahasa asing dengan lebih efektif. Sehingga, menghafal al-Qur’an tidak hanya menjadi investasi spiritual, tetapi juga menjadi investasi intelektual.