Oleh: Hidayatur Rohmah, M.E, Pengasuh Harian Bidang Tahfidh di Pesantren-Sekolah Alam Planet NUFO Rembang
Menghafal adalah kegiatan yang mengasah daya ingat dalam jangka panjang. Menghafal membutuhkan konsentrasi yang tinggi, daya tahan tubuh yang kuat, serta menjaga konsistensi. Selain memiliki aspek spiritual, menghafal al-Qur’an juga meningkatkan aspek kognitif seseorang. Bahkan menghafal al-Qur’an menjadi salah satu stimulasi kognitif yang efektif dalam meningkatkan kinerja otak secara serentak. Terdapat beberapa penelitian ilmiah yang mengarah pada dampak positif menghafal al-Qur’an terhadap kemampuan kognitif. Di antaranya, peningkatan konsentrasi dan fokus, peningkatan kemampuan berbahasa dan kognitif, dan pengaruh terhadap kesehatan mental.
Stimulasi Kognitif yang Efektif
Menghafal sebagai stimulasi kognitif adalah sebuah kegiatan yang memberikan rangsangan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, konsentrasi, dan mengingat. Salah satu kegiatan itu adalah menghafal al-Qur’an. Menghafalkan al-Qur’an merupakan aktivitas otak yang memerlukan fokus, memperhatikan dengan cermat, serta kemampuan dalam mengingat dan menyusun informasi secara sistematis.
Dalam proses menghafal, ada beberapa bagian otak yang bekerja terintegrasi, seperti hippocampus berperan dalam menyimpan memori jangka panjang dan korteks prefrontal berperan dalam mempertahankan perhatian dan mengolah informasi sementara. Sebagaimana dijelaskan oleh penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Alzheimer’s Disease bahwa seseorang yang melatih memorinya secara teratur dapat mencegah timbulnya penyakit neurodegenerative, seperti Alzheimer. Ini menunjukkan bahwa jika seseorang melatih otaknya secara terus-menerus, maka akan terhindar dari penyakit Alzheimer.
Di zaman modern, tidak sedikit ilmuwan yang merumuskan metode meningkatkan kemampuan kognitif anak, seperti; menyusun puzzle dan bermain peran. Namun, sebagai seorang muslim bisa memberikan stimulasi yang tidak hanya efektif, tapi juga membawa manfaat spiritual dan emosional, yaitu dengan menghafalkan al-Qur’an. Agar menghafal al-Qur’an menjadi stimulasi kognitif yang optimal, maka mulailah dengan memahami makna perkata dan posisinya, memilih surat dalam al-Qur’an yang terdapat cerita atau kisah, menghafal dengan teknik visual maupun audio, serta muraja’ah dengan istiqamah.
Kesehatan Mental
Selain memberikan stimulasi kognitif, menghafalkan al-Qur’an juga dapat meningkatkan kesehatan mental (mental health). Menurut Dr. Jon Kabat-Zinn, seorang pakar mindfulness mengungkapkan bahwa aktivitas yang mengharuskan fokus dan kesadaran penuh seperti ketika menghafal bisa membantu mengelola mental dan emosi negatif. Tentu menghafal kemudian memahami sampai merenungkan maknanya. Dengan merenungkan makna ayat al-Qur’an, seseorang dapat merasakan ketenangan batin, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat ar-Ra’d ayat 28 :
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ
Artinya : “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Ayat ini memberikan pelajaran bahwa ketenangan hati dapat diperoleh dengan berdzikir atau mengingat Allah melalui perenungan terhadap firman-Nya. Dengan melantunkan dan merenungkan setiap ayat yang dihafalkan tidak hanya menjadi ibadah lisan, akan tetapi juga latihan mental dan spiritual yang mampu membawa seseorang ke dalam keadaan fokus dan tenang.
Menghafal al-Qur’an akan mengalihkan perasaan yang cemas menjadi tenang bahkan dengan memahami kemudian merenungkan maknanya, hafalan tersebut akan menjadi sumber inspirasi dan inovasi untuk membangun peradaban yang lebih baik.
Salah satu kisah inspiratif dalam al-Qur’an adalah kisah Nabi Yusuf dalam Surat Yusuf. Dari kisah Nabi Yusuf, ada banyak pelajaran yang bisa diambil, diantaranya; ketabahan Nabi Yusuf dalam menghadapi penghianatan dari saudara-saudaranya, fitnah Zulaikhah, serta ujian hidup lainnya menunjukkan bahwa keimanan Nabi Yusuf kepada Allah menjadi pondasi kuat untuk menjaga keseimbangan mental di tengah situasi yang sulit. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Yusuf ayat 92:
قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْۖ وَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ
Artinya: “Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dia Maha Penyayang diantara para penyayang.”
Sikap memaafkan Nabi Yusuf terhadap saudara-saudaranya adalah contoh bentuk penyembuhan emosi. Memaafkan kesalahan orang lain adalah salah satu langkah membebaskan diri dari beban emosional yang dapat merusak kesehatan mental. Kisah tersebut akan menjadi salah satu pelajaran penting saat menghafal dan memahami makna al-Qur’an.
Proses masuknya ilmu dan inspirasi menghafal disertai mampu merenungi maknanya akan menyadarkan seseorang bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari hanya sekedar masalah dunia yang menimbulkan kecemasan, sehingga rasa cemas secara perlahan berkurang bahkan menghilang. Menghafal dan merenungkan makna al-Qur’an yang penuh dengan ilmu dan inspirasi akan memberikan harapan dan optimisme yang merupakan elemen penting untuk kesehatan mental yang akan meningkatkan imunitas tersendiri untuk mengerjakan lebih banyak dari apa yang kita kerjakan. Wallahu a’lamu bi al-shawwab.