Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Gen-ZMimbar Mahasiswa

Menguak Gen Z Cenderung Lebih Show Up di Media Sosial Dibandingkan dengan Keluarga

×

Menguak Gen Z Cenderung Lebih Show Up di Media Sosial Dibandingkan dengan Keluarga

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072
Example 468x60

Oleh: Bunga Gladys Chelsea Andini, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Generasi Z menunjukkan kecenderungan yang menarik untuk lebih sering mengekspresikan diri di media sosial daripada di lingkungan keluarga. Fenomena ini bukan sekadar perilaku digital, melainkan sebuah gambaran nyata dari perubahan pola komunikasi dan dinamika sosial yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar: mengapa generasi ini merasa lebih nyaman menampilkan diri di dunia maya dibandingkan di ruang keluarga?

Example 300x600

Dari sudut pandang etika komunikasi, fenomena ini dapat dianalisis menggunakan teori komunikasi interpersonal serta dampak teknologi terhadap pola interaksi sosial. Media sosial memberikan ruang tanpa batas bagi Gen Z untuk mengeksplorasi dan menampilkan identitas diri.

Dengan mengunggah foto, video, atau status, mereka memperoleh validasi instan berupa “like” atau komentar yang positif. Berdasarkan teori utilitarianisme, tindakan ini memberikan kepuasan karena memenuhi kebutuhan akan pengakuan sosial dan keberhargaan diri.

Namun, dinamika tersebut berbanding terbalik dengan lingkungan keluarga, yang sering kali tidak menyediakan ruang yang cukup aman atau mendukung untuk berekspresi secara bebas. Banyak anggota Gen Z merasa bahwa keluarga, dengan nilai-nilai tradisional dan perbedaan pandangan antargenerasi, cenderung menjadi hambatan komunikasi. Hal ini selaras dengan teori hambatan komunikasi (communication barriers), yang menjelaskan bagaimana faktor budaya dan perbedaan usia dapat menciptakan jurang pemahaman dalam interaksi antarindividu.

Selain itu, algoritma media sosial turut memperkuat kecenderungan ini. Algoritma dirancang untuk menciptakan ruang yang sesuai dengan preferensi pengguna, sehingga Gen Z merasa lebih “dipahami” oleh audiens virtual mereka. Sementara itu, komunikasi dalam keluarga sering kali bersifat langsung dan emosional, yang bisa dirasakan sebagai tekanan bagi generasi yang terbiasa dengan komunikasi berbasis teks atau visual.

Penting untuk diingat bahwa etika komunikasi menuntut adanya kesadaran dan tanggung jawab dalam berinteraksi, baik di ruang maya maupun dunia nyata. Dalam konteks ini, keluarga perlu memahami kebutuhan Gen Z untuk memiliki ruang berekspresi yang bebas, sementara Gen Z juga harus menyadari pentingnya membangun hubungan emosional yang autentik dengan keluarga. Keseimbangan ini hanya dapat dicapai melalui upaya bersama untuk menciptakan komunikasi yang inklusif, terbuka, dan saling menghormati.

Sebagai kesimpulan, kecenderungan Gen Z untuk lebih menunjukkan dirinya di media sosial dibandingkan di keluarga mencerminkan perubahan nilai dan pola interaksi sosial akibat pengaruh teknologi. Dengan pendekatan komunikasi yang lebih adaptif, perbedaan ini dapat menjadi peluang untuk mempererat hubungan, baik di ruang keluarga maupun di dunia digital.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *