Oleh: Ashila Nayla Alifa Agnis, Siswa Kelas X MA Darul Huda Pamotan, Santri-Murid Planet Nufo Rembang
Tibalah saatnya Generasi Z memasuki ranah kepemimpinan. Kini, tidak sulit menemukan anak muda yang menjadi ketua organisasi, pemimpin OSIS, atau bahkan tokoh di masyarakat. Namun, sebagai generasi penerus bangsa, kita perlu memahami bahwa menjadi seorang pemimpin tidak cukup hanya dengan memiliki kekuasaan dan jabatan. Jika seorang pemimpin hanya bangga pada jabatannya tanpa memberikan manfaat bagi orang lain, maka ia belum pantas disebut sebagai pemimpin sejati.
Pemimpin adalah sosok yang mampu memengaruhi, mengatur, dan menggerakkan orang lain menuju tujuan bersama. Secara istilah, definisi tersebut memang benar. Namun dalam praktiknya, seorang pemimpin tidak cukup hanya pandai berbicara atau memengaruhi. Ia juga harus memiliki tanggung jawab moral dan kemampuan untuk menggunakan kekuasaan dengan bijak.
Kekuasaan sejatinya adalah amanah. Seorang pemimpin harus tahu batasnya agar kekuasaan tidak berubah menjadi penindasan. Menjadi pemimpin yang baik berarti mampu memimpin dengan hati, bukan hanya dengan perintah. Ada beberapa bekal penting yang harus dimiliki seorang pemimpin sejati.
Pertama, cerdas. Kecerdasan bukan hanya diukur dari nilai akademik, tetapi juga dari kemampuan berpikir kritis, membuat keputusan adil, dan mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan. Pemimpin yang cerdas akan mampu membawa kelompoknya pada arah yang benar, bahkan dalam situasi sulit.
Kedua, kaya. Bukan berarti haus akan harta, melainkan memiliki kestabilan ekonomi agar tidak mudah tergoda untuk menyalahgunakan kekuasaan. Pemimpin yang cukup secara materi tidak akan tergiur korupsi, karena ia paham bahwa kekuasaan bukan alat mencari keuntungan pribadi, melainkan sarana untuk berbuat kebaikan bagi orang banyak.
Selain itu, pemimpin juga harus memiliki empati dan keberanian moral. Ia harus mampu mendengarkan rakyatnya, memahami kesulitan mereka, dan berani mengambil keputusan meskipun tidak populer. Tanpa empati, kekuasaan akan kehilangan arah. Tanpa keberanian, kebijakan tidak akan berjalan. Dua hal ini menjadi pondasi yang membuat seorang pemimpin dicintai, bukan ditakuti.
Tidak ada pilihan lain, menjadi cerdas, kaya, dan berkuasa adalah paket lengkap seorang pemimpin yang ideal. Kekuasaan yang digunakan dengan bijak akan menumbuhkan kepercayaan dan cinta rakyat. Namun, kekuasaan yang disalahgunakan hanya akan melahirkan kebencian dan kehancuran. Karena itu, menjadi pemimpin sejati bukan tentang seberapa besar kuasa yang dimiliki, melainkan seberapa besar manfaat yang bisa diberikan.


















