Oleh: Ida Ariyani, M.Sos, Pembina Organisasi Pelajar SMP Alam Nurul Furqon (Planet Nufo) Rembang
Dalam dunia pendidikan Islam, moderasi beragama menjadi salah satu pilar penting dalam membentuk karakter pelajar yang inklusif dan toleran. Lebih dari itu, moderasi antarumat dalam agama yang sama juga tidak kalah penting untuk menjadi pondasi awal sebelum berinteraksi dengan komunitas agama yang lebih luar, berbeda agama misalnya.
Moderasi keumatan di kalangan pelajar Islam menjadi isu krusial dalam membentuk generasi yang toleran dan inklusif. Pada tulisan ini, penulis hendak mengambil SMP Alam Nurul Furqon Rembang sebagai locus untuk memberikan gambaran bagaimana komunikasi organisasi antarpelajar dapat berperan signifikan dalam membangun moderasi beragama.
Di sekolah yang terletak di Mlagen, Pamotan, Rembang ini, terdapat tiga organisasi pelajar dengan afiliasi berbeda: Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan Pelajar Islam Indonesia (PII). Meskipun memiliki latar belakang yang beragam, ketiga organisasi ini mampu menjalin komunikasi yang efektif, baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Proses komunikasi yang terjalin menciptakan budaya komunikasi khas yang mendukung terciptanya lingkungan inklusif dan egaliter.
Proses komunikasi yang terstruktur dan tidak terstruktur di antara mereka menciptakan budaya komunikasi yang unik, yang pada gilirannya membentuk karakter pelajar yang mencerminkan moderasi beragama. Budaya komunikasi yang inklusif dan egaliter ini tercermin dalam berbagai aktivitas bersama yang melibatkan anggota dari ketiga organisasi tersebut.
Mereka sering mengadakan diskusi, seminar, dan kegiatan keagamaan lainnya yang dirancang untuk memperkuat pemahaman dan toleransi antarumat beragama. Melalui interaksi ini, para pelajar belajar menghargai perbedaan dan menemukan kesamaan yang menguatkan ikatan mereka sebagai sesama Muslim.
Komunikasi Organisasi Pelajar
Kegiatan komunikasi diperlukan sebagai upaya mendukung pencapaian tujuan organisasi. Ini karena organisasi memiliki target yang harus dipenuhi. Komunikasi pada umumnya merupakan proses penyiptaan pesan dan penafasiran pesan. Menunjukkan (to display) makna pesan berarti bahwa sesuatu sengaja dilakukan untuk menarik perhatian orang lain. Sementara menafsirkan (to interpret) berarti memahami sesuatu dengan cara tertentu.
Komunikasi belum dinyatakan berhasil apabila komunikank tidak dapat memahami maksud dari komunikator. Pendapat lain dari Littlejhon yang menganggap bahwa komunikasi merupakan cikal bakal terbentuknya sebuah organisasi. Komunikasi bukan sekedar instrument berinteraksi, melainkan medium penyebab terjadinya organisasi. Jika komunikasi bersifat dinamis, maka organisasi yang ada juga merupakan gambaran atas proses pembentukannya yang mengalami evolusi.
Pentingnya moderasi beragama di kalangan pelajar tidak hanya terletak pada upaya menghindari konflik, tetapi juga dalam membentuk generasi yang mampu hidup harmonis di tengah masyarakat yang majemuk. Dengan menanamkan nilai-nilai moderasi sejak dini, diharapkan para pelajar dapat menjadi agen perdamaian dan toleransi di masa depan.
Namun, upaya membangun moderasi keumatan ini tentu tidak tanpa tantangan. Perbedaan ideologi dan pendekatan dalam memahami ajaran Islam bisa menjadi sumber gesekan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, peran pendidik dan pimpinan sekolah sangat vital dalam memfasilitasi komunikasi yang sehat dan membimbing para pelajar menuju pemahaman yang lebih luas dan inklusif.
Selain itu, dukungan dari orang tua dan masyarakat juga menjadi faktor penentu keberhasilan program moderasi beragama di sekolah. Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan komunitas dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya sikap moderat dan toleran di kalangan pelajar.
Dalam konteks yang lebih luas, pengalaman SMP Alam Nurul Furqon Rembang dapat menjadi model bagi institusi pendidikan lainnya dalam mengembangkan program serupa. Dengan menyesuaikan pendekatan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing sekolah, diharapkan moderasi keumatan dapat terwujud secara lebih luas di kalangan pelajar Islam di Indonesia.
Komunikasi organisasi antarpelajar di SMP Alam Nurul Furqon akan terlihat sangat jelas saat mereka melakukan kegiaatan kolaboratif. Hal ini tidak lepas dari tiga elemen pesan moderasi Islam di SMP Alam Nurul Furqon. Pertama regulasi interaksi berdasarkan aturan Islam (sesuai al-Qur’an dan Hadis) untuk seluruh warga di SMP Alam Nurul Furqon melalui Code of Conduct (CoC) Planet Nufo.
Kedua, adanya sekretariat bersama “Rumah Moderasi Keummatan” kepada seluruh organisasi pelajar Islam yang berada di SMP Alam Nurul Furqon. Ketiga “Komitmen Santri Planet Nufo” seagai komitmen para murid di SMP Alam Nurul Furqon dalam menjunjung tinggi nilai persatuan dan persaudaraan antarorganisasi Islam yang ada di Indonesia.
Jaringan komunikasi menjadi formal sebagaimana struktur dalam organisasi, tidak seperti saat mereka berinteraksi di kelas sehari-hari. Hubungan dan lingkungan sangat mendukung, sehingga mereka juga bergantung satu sama lain. Akan tetapi efek dan timbal balik dari warga desa sebagai komunikan tidak dapat diprediksi. Akibat dari kegiatan kolaboratif yang teragendakan setiap tahun menimbulkan budaya komunikasi yang unik dan adil.
Pada akhirnya, moderasi keumatan di kalangan pelajar Islam adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis. Melalui komunikasi organisasi yang efektif dan penanaman nilai-nilai toleransi, para pelajar dapat belajar menghargai perbedaan dan hidup berdampingan secara damai. Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi generasi penerus yang berpengetahuan, tetapi juga berkarakter mulia yang siap menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks. Walláhu a’lam bi al-shawwáb.