Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Cerpen

Naik Haji

×

Naik Haji

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Rosaida Artha Kusumanova, Santri-Murid Planet Nufo Rembang, Siswa MA Darul Huda Mlagen, Pamotan, Rembang.

“Satu, dua, tiga…” Tiga sahabat itu dengan tidak sabaran membuka laman pengumuman SNBP.

Example 300x600

Mereka adalah tiga sahabat yang dapat dibilang cukup kontras latar belakangnya. Anggit, seorang gadis miskin yang ditinggal ayahnya mati sejak SMP, Tiara, gadis kaya raya yang keluarganya memiliki usaha dan aset dimana-mana, dan Via, putri seorang pegawai yang bekerja di kantor kabupaten. Terkadang, Anggit merasa tidak pantas berteman dengan mereka. Namun, kedua sahabatnya itu selalu meyakinkan dirinya bahwa mereka adalah sahabat yang cocok.

“Yah, aku kurang beruntung,” ucap Via dengan cemberut. Ia tidak lolos SNBP tahun ini.

“Aku keterima di UNS, Fakultas kedokteran!” Tiara bersorak gembira. Lalu, ia menatap ke arah Anggit yang berada di sampingnya, “Kamu gimana, Git?”

Anggit terpaku. Ia menatap ke arah ponsel android bututnya itu. Ia lolos ke universitas terbaik di Indonesia. Namun, mulutnya tak sanggup untuk berbicara. Ia memikirkan banyak hal.

“Git, jangan ngelamun dong.” Via langsung mengambil ponsel Anggit dari tangannya.

“Via jangan!” Terlambat, Via sudah melihat isi ponsel Anggit. Ia pun terkesiap, “Git, kamu keterima di UI!”

Dengan antusias, Tiara langsung menghampiri Via untuk melihat ponsel Anggit. Tiara tersenyum cerah. Dan menepuk-nepuk bahu Anggit dengan bangga. Sebenarnya Anggit senang. Namun, banyak hal yang harus Anggit pikirkan sebagai anak perempuan pertama.

                             ***

“Piye, nduk, hasile?” Tanya ibu Anggit yang tengah membuat pesanan kue basah.

Anggit tersenyum lembut ke arah ibunya. Ia menghampiri ibunya dan memijat lembut lengannya. “Nggak apa-apa, Bu. Nggak usah dipikirin. Anggit juga lebih baik nggak kuliah, Bu.”

“Loh, kok gitu?” Ibu Anggit menatap sedih ke arah putrinya.

“Nggak ada uang, Bu. Nggak usah dipaksakan.”

“Nggak, ah. Ibu nggak setuju. Pokoknya Anggit harus kuliah. Anggit kan cah pinter.” Ibu Anggit mencoba meyakinkan Anggit.

“Uangnya dari mana, Bu?” Anggit menatap sedih ibunya, “Adik juga masih sekolah, Bu. Biar aku aja yang ngalah.”

“Hush, jangan ngomong gitu. Pokoknya Anggit kuliah. Besok biar Ibu gadaikan dulu tanah Bapak yang di dekat lapangan.”

Anggit seberanya merasa bersalah dengan ibunya. Ibunya telah berjuang dengan keras selama ini. Sejak Bapaknya meninggal, Ibu Anggit berusaha semaksimal mungkin agar anaknya tetap bisa makan dengan layak.

Kali ini, atas semua pengorbanan yang telah ibu Anggit berikan, Anggit tidak ingin mengecewakan ibunya lagi. Anggit akan lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang bagus. Anggit akan mengabulkan keinginan paling tulus ibunya, yaitu naik haji.

                              ***

Lima tahun kemudian…

Anggit telah lulus kuliah dan menjadi wanita karir yang sukses. Ia bekerja menjadi sekretaris di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Dan kini, dengan tabungannya, Anggit bisa mengirim ibunya untuk pergi ke Makkah lewat jalur khusus. Ibunya tidak perlu mengantre bertahun-tahun untuk mendapatkan giliran haji.

Itulah kisah Anggit dan Ibunya. Setiap ibu, pasti punya cara untuk menunjukkan kasih sayang pada anaknya. Pengorbanan yang sangat besar akan selalu di berikan. Tak peduli banyaknya rintangan yang menghadang. Ibu akan selalu menjadi sosok yang dikagumi oleh anak-anaknya. Tak akan lekang oleh waktu. Terima kasih, Ibu.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerpen

Oleh: Nayla Rizki Putri Hananta, Mahasiswa Prodi Pendidikan…

Cerpen

Oleh: Zariffah Sifa Meliyana, Mahasiswa Pendidikan Fisika Fakultas…

Cerpen

Oleh: Levina Elysia Felda, Duta Siswa Putri Kabupaten…

Cerpen

Oleh: Avinatu Mualimah, Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sebelas…

Cerpen

Oleh: Hening Anggun Dian Ratri, Mahasiswa Prodi Pendidikan…