Aku menunggu, bukan mengganggu
Aku memberikan ruang, bukan menyela ketika ada kesempatan
Kupeluk diam sebagai bentuk paling sopan
Agar perasaanku tak menjadi beban
Hari-hari berlalu tanpa suara darimu
Waktu berjalan, aku tetap di tempat yang sama
Menyusun harap dari hal-hal kecil
Yang ternyata tak pernah kau cari
Aku belajar sabar dengan caraku sendiri
Menyederhanakan rindu, menurunkan ekspektasi
Namun diamku tak pernah kau tafsir
Dan setiaku tak pernah kau sadari
Hingga akhirnya aku mengerti
Tak semua penantian ditakdirkan berbuah
Ada yang hanya hadir
Untuk mengajarkan kapan harus pergi
Maka aku berhenti menunggu
Bukan karena lelah, tapi karena paham
Bahwa penantian yang tanpa arti
Tak layak dipertahankan, meski dengan cinta yang paling dalam.
Oleh: Hafshah Shafira Arsdeswi, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta


















