Oleh Tyas Prabawati, S.Hut, Pengampu Sains dan Teknologi Yayasan Pondok Pesanstren Nurul Furqon, Alumni IPB, Magister Studi Lingkungan Universitas Terbuka
Masa remaja adalah fase yang penuh dengan pencarian jati diri dan eksperimen. Remaja mulai mencari tahu siapa mereka sebenarnya, apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar. Namun, perjalanan ini tidak bisa dilepaskan dari lingkungan tempat tumbuh. Keluarga, teman-teman, sekolah, dan bahkan dunia digital yang semakin dekat dengan mereka. Semua itu berperan besar dalam membentuk siapa mereka kelak. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk benar-benar memahami dan terlibat aktif dengan kondisi lingkungan mereka, karena itulah yang akan membimbing mereka dalam perjalanan hidup yang penuh tantangan ini.
Teori humanisme yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dan Carl Rogers menekankan bahwa untuk berkembang dengan maksimal, seseorang harus merasa dihargai dan diterima di lingkungannya. Maslow menggambarkan bahwa sebelum manusia dapat mencapai potensi tertinggi dalam dirinya, hal pertama perlu merasa aman, diterima, dan dihargai. Bagi remaja, lingkungan yang penuh kasih sayang, seperti keluarga yang mendukung dan sekolah yang memperhatikan kesejahteraan mereka, adalah fondasi penting bagi perkembangan mereka. Ketika remaja merasa dihargai dan diterima, mereka akan lebih percaya diri dan siap menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian.
Konsep ini sejalan dengan pandangan Urie Bronfenbrenner dalam teori ekologi, yang menunjukkan bahwa manusia hidup dalam sistem yang saling terhubung. Lingkungan yang dimaksud yaitu keluarga, teman-teman, sekolah, atau bahkan komunitas yang lebih besar memiliki pengaruh besar terhadap cara remaja untuk berkembang. Misalnya, remaja yang tinggal di daerah pesisir yang rawan bencana alam mungkin lebih peduli dengan pelestarian alam dan ikut terlibat dalam aksi-aksi yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Lingkungan semacam ini mengajarkan mereka untuk lebih peka terhadap kondisi alam dan menjadi agen perubahan yang lebih bertanggung jawab.
Namun, pengaruh lingkungan tidak hanya terbatas pada aspek alam. Sosial juga memainkan peran besar. Di zaman sekarang, dunia maya memiliki dampak yang sangat kuat pada remaja. Media sosial menjadi tempat bagi mereka untuk mengekspresikan diri, mencari informasi, dan berinteraksi dengan teman-teman atau bahkan orang asing. Salah satu contoh yang sangat terlihat adalah gerakan sosial “Black Lives Matter” yang viral di media sosial dan menarik banyak perhatian remaja di seluruh dunia. Gerakan ini mendorong mereka untuk lebih peduli dengan masalah ketidakadilan sosial dan memberi mereka ruang untuk berkontribusi pada perubahan yang lebih baik. Lewat media sosial, remaja dapat menyuarakan pendapat mereka dan terlibat dalam aksi nyata yang memperjuangkan hak asasi manusia dan keadilan sosial.
Namun, media sosial juga dapat memberi dampak negatif. Di dunia digital yang serba terhubung ini, banyak remaja merasa tertekan oleh standar kecantikan dan gaya hidup yang tampak sempurna dari influencer atau selebriti yang mereka ikuti. Fenomena ini dikenal dengan nama FOMO (Fear of Missing Out), yang seringkali membuat remaja merasa tidak cukup baik atau tertinggal. Ini dapat mengarah pada kecemasan, perasaan rendah diri, bahkan gangguan makan pada sebagian remaja. Karena itu, peran orang tua, guru, dan masyarakat sangat penting dalam memberikan pemahaman yang sehat tentang bagaimana menggunakan media sosial dengan bijak dan bagaimana mencintai diri sendiri apa adanya.
Selain pengaruh media sosial, pertemanan juga menjadi faktor besar dalam kehidupan remaja. Teman sebaya seringkali memengaruhi keputusan remaja, baik dalam hal positif maupun negatif. Misalnya, di masa sekarang, ada banyak remaja yang merasa terdorong untuk mengikuti tren yang sedang viral di kalangan teman-temannya, meski mungkin itu bukan pilihan terbaik untuk mereka.
Salah satu contoh adalah tren vaping atau merokok elektronik, yang sempat menjadi sangat populer di kalangan remaja beberapa tahun terakhir. Tekanan dari teman-teman untuk terlihat keren atau mengikuti tren ini bisa mendorong remaja untuk terlibat dalam perilaku yang berbahaya bagi kesehatan mereka. Inilah mengapa penting untuk menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung, baik di sekolah maupun di rumah, agar remaja dapat membuat keputusan yang bijak.
Pendidikan tentang kesadaran sosial dan keberlanjutan lingkungan juga berperan penting dalam membentuk karakter remaja. Remaja yang memahami betapa seriusnya masalah perubahan iklim dan kerusakan alam akan lebih terdorong untuk ikut serta dalam gerakan sosial yang mendukung perubahan positif. Salah satu contoh nyata adalah gerakan Fridays for Future yang dipelopori oleh Greta Thunberg, di mana remaja di seluruh dunia bersatu untuk menyuarakan pentingnya tindakan terhadap perubahan iklim. Aksi seperti ini tidak hanya menunjukkan kepedulian mereka terhadap alam, tetapi juga mengajarkan mereka tentang pentingnya bekerja bersama untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Secara keseluruhan, lingkungan sosial, alam, maupun digital memiliki pengaruh yang luar biasa besar dalam perkembangan remaja. Lingkungan yang mendukung dan memberikan ruang bagi remaja untuk berkembang akan membantu mereka menjadi individu yang lebih baik, lebih peduli terhadap sesama, dan lebih siap menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya, lingkungan yang penuh tekanan dan pengaruh negatif dapat memperburuk kondisi mental dan perilaku remaja. Oleh karena itu, keluarga, sekolah, dan masyarakat harus berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung bagi mereka. Dengan cara ini, tidak hanya membantu remaja tumbuh menjadi individu yang berdaya, tetapi juga generasi yang peduli terhadap dunia sekitar.