Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
CerpenReligi

Perjalanan Menuju Kiblat Hidup

×

Perjalanan Menuju Kiblat Hidup

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072
Example 468x60

Oleh: Mohammad Indra Alfarizi, Santri Ponpes Nurul Qur’an

Soem bukanlah remaja yang buruk, tapi sejak ia menginjak di bangku kelas 2 SMP, Ayah dan Ibunya yang sibuk bekerja ia kini mulai terpengaruh dari pergaulan yang bebas. Sholat sering ia tinggalkan, Al-Qur’an hanya menjadi hiasan di rak buku, dan hari-harinya dihabiskan tanpa arah.

Example 300x600

Sampailah Soem lulus SMP, ia bingung dan gelisah mau meneruskan dimana. pada akhirnya Ayah dan Ibunya nya yang sibuk bekerja memutuskan untuk mengirim Soem ke pesantren.

“Kamu butuh tempat untuk belajar, Nak. Bukan hanya tentang ilmu, tapi juga tentang hidup,” kata ayahnya dengan lembut sebelum keberangkatan.

Tibalah waktunya Soem berdiri di depan gerbang suatu pondok pesantren dengan menggendong tas dan koper kecil di tangannya. Hatinya campur aduk antara takut, cemas, dan penasaran. Ini adalah pertama kalinya ia akan tinggal di pesantren. Di pesantren yang sederhana ini, ia berharap menemukan jawaban atas kegelisahan hatinya mengenai masa depan yang akan di tempuhnya.

Langkah Soem terasa berat ketika ia memasuki gerbang pesantren. Para santri lain tampak sibuk dengan kegiatan mereka, sementara ia merasa asing di dunia baru ini. Setelah mendapat pengarahan dari salah satu santri senior, ia dibawa ke salah satu kamar. “Ini tempat tidurmu,” ujar seorang santri senior sambil tersenyum. “Namaku Irfan, Kalau butuh sesuatu, jangan ragu tanya, ya.”

Soem hanya mengangguk. Malam pertama di pesantren terasa begitu panjang. Suara lantunan Al-Qur’an dari masjid menggema, membuatnya teringat pada masa dimana ia yang sering berbuat seenaknya, sering meninggal kan sholat dan tidak pernah membaca Al-Qur’an.

Pada akhirnya Hari-hari berikutnya, Soem mulai terbiasa dengan rutinitas pesantren: bangun sebelum subuh, sholat berjamaah, mengaji, dan belajar. Namun, hatinya masih terasa berat. Ia menjalani semuanya seperti robot, tanpa benar-benar memahami maknanya dan keikhlasan hatinya.

Suatu malam, saat hujan turun membasahi halaman pesantren, Azka memutuskan untuk keluar dari asrama dan duduk di teras masjid. Ia ingin menyendiri, mencari ketenangan. Namun, ia terkejut saat mendapati Ustadz Misbah, yang sedang mendatanginya dengan Al-Qur’an di tangannya.

“Kok belum tidur, Soem?” tanya Ustadz Misbah dengan lembut.

Soem mikir sejenak sebelum menjawab, “Tidak bisa tidur, Ustadz.”

Ustaz tersenyum. “Apa yang sedang kamu pikirkan, em?”

Soem menghela napas panjang. “Saya tidak tahu, Ustadz. Saya merasa… kosong. Semua ini terasa asing bagi saya. Saya bahkan tidak tahu apa tujuan saya di sini, karena saya kesini di suruh sama ayah saya.”

Ustadz Misbah menatap Soem dengan penuh pengertian. “Soem, kau tahu apa itu kiblat?”

“Tentu, Ustadz. Kiblat adalah arah Ka’bah di Mekah, arah kita saat sholat.”

“Benar,” ujar Ustadz Misbah. “Tapi kiblat tidak hanya tentang arah sholat. Kiblat juga berarti arah hidup. Setiap manusia memiliki kiblat, sesuatu yang ia tuju, sesuatu yang memberi makna dalam hidupnya. Kau di sini untuk menemukan kiblat hidupmu, Soem.”

“Kau tahu, Nak, perjalanan menuju kiblat tidak selalu mudah. Kadang kita tersesat dan kadang kita ragu. Tapi selama kau terus mencarinya dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan selalu membimbingmu. Yang penting adalah niatmu, langkah kecilmu untuk mendekatkan diri kepada-Nya.”

Soem terdiam. Karena mendengar Kata-kata yang sederhana itu, tapi menyentuh hatinya.

Sejak malam itu, Soem mulai melihat kehidupannya di pesantren dengan sudut pandang baru. Ia tidak lagi sekadar menjalani rutinitas, tapi mulai menikmati setiap prosesnya. Ia belajar sholat dengan khusyuk, menghafal Al-Qur’an dengan hati, dan menemukan kedamaian dalam hatinya.

Suatu hari, saat sedang membersihkan masjid bersama teman-temannya, Soem tersenyum. Ia merasa tidak lagi kosong ia sudah mulai tau mengenai tujuan ia di pesantren ini. Kiblat hidupnya mulai terlihat yakni perjalanan menuju jalan Allah yang benar. Dan ia tahu, perjalanan ini adalah perjalanan seumur hidup.

PESAN MORAL

“Hidup bukanlah hanya tentang melangkah menuju dunia, tapi juga tentang perjalanan hidup menuju kiblat hati, yaitu melangkah menuju jalan Allah SWT. Dan jangan takut terjadi perubahan dalam diri kita selagi perubahan itu untuk kebaikan.”

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerpen

Tangannya kesemutan diikat dibelakang, kakinya tertekuk dengan darah…

Cerpen

Oleh: Siti Efrilia, Mahasiswa UIN Salatiga “Kayaknya bapak…

Cerpen

Oleh: Anak Pagi Siang hari di tengah ketangguhan…

Cerpen

Di sebuah desa kecil, terdapat hutan yang terkenal…

Opini

Oleh: Aditia Firmansyah, S.Ag., Pengajar di Pesantren-Sekolah Alam…