Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Mimbar Santri

Planet Nufo, Sekolah yang Melahirkan Penulis Muda

×

Planet Nufo, Sekolah yang Melahirkan Penulis Muda

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Nawwaf Absyar Rajabi, Santri-Murid SMP Alam Nurul Furqon (Planet Nufo) Rembang.

Di Indonesia, banyak orang telah menulis buku, khususnya buku novel. Namun, jarang sekali ada penulis yang masih duduk di bangku SMP sudah mampu menulis dan menerbitkan buku. Bahkan, tidak sedikit siswa SMA yang membaca saja masih terbata-bata.

Example 300x600

Namun, hal berbeda terjadi di SMP Alam Nurul Furqon, yang juga dikenal dengan sebutan Planet Nufo. Di sekolah ini, para santri-murid sudah diajarkan menulis sejak dini, khususnya menulis fiksi. Jenis tulisan ini dianggap paling mudah dikuasai oleh penulis pemula karena memungkinkan mereka untuk berimajinasi bebas dan mengekspresikan diri.

Jumlah penulis di Planet Nufo kini sudah tidak bisa dihitung dengan jari tangan—bahkan harus ditambah dengan jari kaki. Hampir semua santri di sana sudah terbiasa menulis karya sendiri.

Mengapa Guru di Planet Nufo Terus Mendorong Santri untuk Menulis?

Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (komdigi.go.id), UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua dari bawah dalam tingkat literasi dunia. Artinya, minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Berdasarkan data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%, yang berarti dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang benar-benar gemar membaca.

Hasil survei PISA tahun 2022 juga menunjukkan hal serupa. Indonesia berada di peringkat 70 dari 81 negara peserta, atau termasuk dalam 10 besar terbawah, dengan skor literasi membaca sebesar 359 poin. Meski skor ini turun sekitar 12 poin dibanding tahun 2018 (371 poin), Indonesia justru naik sekitar 5–6 peringkat karena banyak negara lain juga mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19.

Kondisi inilah yang mendorong para guru di Planet Nufo untuk terus mengajarkan dan menumbuhkan budaya menulis kepada para santri. Mereka meyakini bahwa menulis adalah bagian penting dari proses literasi. Dengan menulis, siswa tidak hanya membaca, tetapi juga berpikir, merenung, dan mengekspresikan gagasan.

Layaknya komputer yang memiliki sistem input dan output—membaca adalah input-nya, sedangkan menulis adalah output-nya.

Menulis sebagai Budaya, Bukan Sekadar Kewajiban

Di banyak sekolah lain, program literasi biasanya hanya berupa kegiatan “membaca lima menit” setiap pagi. Namun, kegiatan tersebut hanya berhenti pada tahap membaca. Menulis jarang dilakukan, kecuali untuk lomba atau tugas pelajaran Bahasa Indonesia yang mungkin hanya dikerjakan setahun sekali.

Berbeda dengan itu, di Planet Nufo para santri diwajibkan menulis minimal sekali dalam seminggu. Melalui kebiasaan ini, mereka belajar menyalurkan ide dan perasaan melalui kata-kata, sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Lahirnya Penulis Muda dari Planet Nufo

Hingga kini, Planet Nufo telah melahirkan banyak penulis muda berbakat. Salah satu yang paling menonjol adalah Aletheia Rausan Fikra Ukma, yang telah menulis puluhan karya di situs Baladena dan berhasil menerbitkan dua buku, salah satunya berjudul Arsip Insomnia.

Selain itu, ada juga alumni Planet Nufo bernama Tarakka Iddo Rajendra, yang telah menerbitkan buku berjudul Algoritma Pencarian Cinta. Bahkan penulis dan beberapa teman kelas IX di antaranya Fazli, Hasbi, Pandu, Adly juga sedang proses menerbitkan buku.

Kisah mereka menjadi bukti bahwa usia muda bukan penghalang untuk berkarya. Jika siswa SMP saja sudah bisa menulis dan menerbitkan buku, mengapa yang lain tidak bisa?

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *