Ia berjalan di antara cahaya pagi,
Langkahnya ringan namun penuh arti.
Bukan bayang-bayang yang menuntunnya pergi,
Tapi impian yang ia genggam sendiri.
Tangannya tak meminta, tak menadah,
Namun mencipta dari luka yang pernah basah.
Takdir tak lagi mengukir jalannya,
Sebab ia sendirilah yang menuliskannya.
Matanya nyala, menyala terang,
Tak tunduk oleh badai, tak redup oleh senja yang datang
Ia menari di atas gelombang takdir,
Menjadi nyanyian, bukan sekadar syair
Di dadanya, laut luas membentang
Di jiwanya, gunung-gunung berdiri tegak menantang
Ia bukan sekadar raga yang elok
Namun jiwa yang kuat, teguh, dan kokoh
Tak perlu mahkota, tak butuh singgasana
Kemandiriannya lebih berkilau dari berlian istana
Sebab perempuan sejati bukan untuk ditaklukkan,
Melainkan untuk berdiri setara, tanpa keraguan
Ia adalah fajar yang tak mengenal lelah,
Menyulut harapan dari kelam yang rebah
Tak gentar ia merangkai takdirnya sendiri,
Menjadi pelita di lorong-lorong sunyi
Suaranya gemuruh, namun tetap lembut,
Membelah sunyi dengan gagasan yang larut
Ia tak butuh sayap untuk terbang tinggi,
Sebab tekadnya sudah cukup mengangkasa sendiri
Dan jika dunia meragukan langkahnya,
Ia tersenyum, melangkah tanpa ragu dan gelisah
Sebab perempuan independent tak menunggu cahaya,
Ia adalah cahaya itu sendiri, yang abadi menyala
Oleh: Putri ‘Aisyah Nurul Iman atau PAN-1, Wakil Ketua Osis 2021/2022 SMP Alam Nurul Furqon, Ketua Perdana Majalah Univers Planet Nufo 2022/2023, sekretaris umum 2023 PR IPM Planet Nufo, Ketua Pondok PONPES Nufo 2024