Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Mimbar Mahasiswa

Menghilangkan Hukum Rimba di Sekolah

×

Menghilangkan Hukum Rimba di Sekolah

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Syukur Abdillah, S. H., Pengajar di Pesantren-Sekolah Alam Planet NUFO Rembang

Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua siswa. Namun, realitas di lapangan tidak selalu seindah harapan. Masih banyak kasus yang menunjukkan adanya praktik “hukum rimba” di lingkungan sekolah, di mana kekerasan fisik, intimidasi, dan perilaku bullying mendominasi. Fenomena ini tentu bertentangan dengan prinsip dasar pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk manusia berkarakter mulia. Untuk itu, upaya menghilangkan “hukum rimba” di sekolah menjadi tanggung jawab bersama.

Example 300x600

“Hukum rimba” merujuk pada situasi di mana yang kuat mendominasi yang lemah tanpa adanya aturan yang jelas. Dalam konteks sekolah, hal ini terlihat dari adanya kekerasan fisik, perundungan, senioritas yang berlebihan, serta kurangnya keadilan dalam hubungan antar siswa maupun antara siswa dan guru. Biasanya, siswa yang merasa lebih kuat, baik secara fisik maupun sosial, cenderung memaksakan kehendak kepada siswa lain.Kasus perundungan yang marak terjadi adalah salah satu bentuk nyata dari praktik hukum rimba ini. Siswa yang menjadi korban sering kali mengalami tekanan psikologis, bahkan trauma berkepanjangan, yang berdampak buruk pada prestasi akademik dan kesehatan mental mereka. Selain itu, lingkungan sekolah yang dikuasai hukum rimba juga menciptakan suasana tidak kondusif yang dapat menghambat proses pembelajaran.

Penyebab hukum rimba di sekolah, lemahnya pengawasan dari pihak sekolah terhadap interaksi antar siswa memungkinkan praktik-praktik intimidasi terjadi tanpa kendali. Budaya kekerasan yang dianggap sebagai “hal biasa” atau “tradisi” di beberapa sekolah, seperti masa orientasi siswa yang keras, menjadi pemicu utama.

Pendidikan yang hanya berfokus pada aspek akademik tanpa menanamkan nilai-nilai moral dan empati membuat siswa tidak memahami pentingnya menghargai sesama. Lingkungan sosial yang tidak mendukung, baik di rumah maupun masyarakat, dapat mendorong siswa meniru perilaku agresif. Ketiadaan Regulasi yang Tegas Ketidakjelasan aturan dan sanksi terhadap pelaku kekerasan di sekolah membuat praktik ini sulit diberantas.

Dampak dari hukum rimba di sekolah sangat merugikan, baik bagi korban, pelaku, maupun institusi pendidikan itu sendiri. Korban sering mengalami trauma psikologis, kehilangan rasa percaya diri, hingga keinginan untuk berhenti sekolah. Pelaku juga terancam kehilangan masa depan karena terbiasa dengan perilaku agresif yang tidak sesuai dengan norma sosial. Sedangkan bagi institusi, reputasi sekolah bisa tercoreng, yang pada akhirnya memengaruhi kepercayaan masyarakat.

Mengatasi fenomena ini membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak, termasuk sekolah, orang tua, dan masyarakat. Ada beberapa langkah strategis yang seharusnya setiap sekolah menerapkannya.Penegakan Aturan yang Jelas Sekolah harus memiliki peraturan yang jelas mengenai larangan kekerasan, disertai sanksi tegas bagi pelanggar. Regulasi ini perlu disosialisasikan secara luas agar dipahami dan dipatuhi oleh semua pihak.

Guru dan staf sekolah harus aktif mengawasi interaksi antar siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengawasan juga bisa diperkuat dengan pemasangan kamera pengawas di area-area strategis. Pendidikan Karakter Kurikulum sekolah perlu menekankan pentingnya nilai-nilai moral, empati, dan penghormatan terhadap sesama. Program ini dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler, pelatihan soft skills, atau diskusi kelompok.

Sekolah Konselor sekolah harus dilibatkan secara aktif dalam menangani kasus perundungan. Mereka juga dapat berperan sebagai mediator untuk menyelesaikan konflik antar siswa.Kerjasama dengan Orang Tua Orang tua harus dilibatkan dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah yang aman. Pertemuan rutin antara pihak sekolah dan orang tua dapat menjadi wadah untuk mendiskusikan masalah dan solusi bersama.

Program-program seperti kampanye anti-bullying, seminar, atau lokakarya dapat meningkatkan kesadaran siswa mengenai bahaya perundungan. Memberikan Ruang Aman Sekolah perlu menyediakan ruang aman bagi siswa yang merasa terancam. Ruang ini dapat menjadi tempat di mana mereka bisa mencari bantuan tanpa takut dihakimi.

Peran guru dan orang tua guru dan orang tua memegang peranan penting dalam menghilangkan hukum rimba di sekolah. Guru harus menjadi teladan dalam menunjukkan sikap tegas, adil, dan empati. Mereka juga harus proaktif mendeteksi tanda-tanda perundungan dan segera mengambil langkah yang diperlukan.Orang tua, di sisi lain, perlu memastikan bahwa anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan disiplin. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak juga penting untuk memahami apa yang terjadi di sekolah.

Menghilangkan hukum rimba di sekolah adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan komitmen dari berbagai pihak. Dengan menciptakan lingkungan yang aman, beradab, dan inklusif, kita tidak hanya melindungi siswa dari kekerasan tetapi juga mendidik generasi yang mampu menghormati sesama dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sekolah bukanlah rimba, melainkan taman ilmu yang seharusnya menjadi tempat tumbuhnya kedamaian dan harapan.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *