Oleh:Elmi Putra, Mahasantri Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo asal Palu Sulawesi
Ambisi adalah elemen penting dalam kehidupan manusia. Tanpa ambisi, hidup terasa hampa, seperti robot yang bekerja secara mekanis tanpa tujuan jelas. Orang tanpa ambisi cenderung menjalani rutinitas berulang tanpa arah, berbeda dengan mereka yang memiliki visi dan tekad untuk mencapai cita-cita. Ambisi memberi energi untuk bergerak, merencanakan langkah, dan berjuang demi menjadi versi terbaik dari apa yang kita inginkan.
Namun, ambisi juga bisa menjadi pisau bermata dua. Ambisi yang berlebih, dapat membuat orang menjadi tidak waras dan kehilangan akal sehat. Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam mengelola ambisi dengan bijak. Beliau memiliki tekad kuat untuk menyebarkan Islam ke seluruh umat manusia, tetapi melakukannya dengan cara yang santun, penuh kesabaran, dan sesuai syariat. Hasilnya, Islam menjadi agama dengan penganut terbesar di dunia tanpa mengorbankan prinsip kebenaran. Seandainya Rasulullah menggunakan cara kekerasan atau pemaksaan, mungkin hasilnya justru kontraproduktif. Dari sini kita belajar: ambisi harus diimbangi dengan kebijaksanaan.
Ambisi dalam Dunia Fiksi: Pelajaran dari Dua Karakter Anime
Sebagai pencinta anime, saya menemukan pelajaran berharga tentang ambisi melalui dua karakter populer: Eren Yeager (Attack on Titan) dan Naruto Uzumaki (Naruto Shippuden).
Eren Yeager: Ambisi yang Menghancurkan
Eren tumbuh dalam dunia terkurung tembok raksasa. Ambisinya untuk meraih kebebasan mendorongnya belajar keras, bergabung dengan militer, dan akhirnya melihat dunia luar. Namun, ambisinya berubah menjadi obsesi saat ia menyadari bahwa perdamaian mustahil tercapai selama konflik antarmanusia ada. Alih-alih mencari solusi damai, Eren memilih “Rumbling” — menghancurkan 90% umat manusia demi melindungi orang-orang tercinta. Tragisnya, ambisi berlebihan ini mengorbankan kemanusiaannya sendiri. Eren menjadi simbol bagaimana ambisi tanpa kendali dapat melahirkan kehancuran.
Naruto Uzumaki: Ambisi yang Membangun
Naruto, yatim piatu yang dikucilkan sejak kecil, bercita-cita menjadi Hokage (pemimpin desa) untuk diakui masyarakat. Meski sering dihina, ia tidak membalas dengan kebencian. Ambisinya diwujudkan melalui kerja keras, belajar tanpa henti, dan membangun hubungan baik dengan orang lain. Naruto akhirnya mencapai tujuannya bukan dengan kekerasan, tetapi melalui ketekunan, empati, dan kerja tim. Kisahnya menunjukkan bahwa ambisi positif bisa membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan lingkungan.
Kisah Eren dan Naruto mengajarkan kita bahwa ambisi ibarat api: jika dikontrol, ia bisa menerangi jalan; jika dibiarkan liar, ia akan membakar segalanya. Ambisi perlu diarahkan dengan prinsip:
- Tetap manusiawi: Jangan mengorbankan nilai moral demi tujuan.
- Fleksibel: Bersedia mengevaluasi ulang cara mencapainya.
- Berpikir jangka panjang: Pertimbangkan dampak tindakan terhadap orang lain.
Rasulullah SAW telah memberi teladan melalui dakwah yang penuh kasih sayang, sementara Eren dan Naruto menjadi cermin fiksi tentang dua sisi ambisi. Mari menjadikan ambisi sebagai pendorong, bukan penghancur.
Wallahu a’lam bish-shawab.