Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Esai

Tragedi Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera: Jeritan Tanah Rencong dan Sekitarnya

×

Tragedi Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera: Jeritan Tanah Rencong dan Sekitarnya

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Intan Nur’aini, Mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Bencana alam merupakan realitas yang tak terhindarkan dan kerap menguji ketangguhan suatu bangsa. Dalam beberapa waktu terakhir, duka mendalam menyelimuti Pulau Sumatera, khususnya Provinsi Aceh. Bersama Sumatera Utara dan Sumatera Barat, wilayah ini dilanda serangkaian bencana hidrometeorologi, terutama banjir bandang dan tanah longsor. Peristiwa tragis tersebut tidak hanya melumpuhkan infrastruktur serta kehidupan sosial-ekonomi, tetapi juga menelan banyak korban jiwa. Hal inilah yang menjadikan bencana ini sebagai tragedi kemanusiaan berskala nasional.

Example 300x600

Skala Tragedi Kemanusiaan

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi besarnya skala bencana yang terjadi. Jumlah korban meninggal dunia di tiga provinsi terdampak—Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat—telah melampaui seribu jiwa. Aceh tercatat sebagai provinsi dengan jumlah korban meninggal tertinggi, disusul Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Angka-angka tersebut merepresentasikan keluarga yang kehilangan orang tercinta, masa depan yang terenggut, serta trauma kolektif yang mendalam.

Selain korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan ratusan orang dinyatakan hilang, ribuan mengalami luka-luka, dan ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi. Kondisi di lokasi pengungsian, meskipun terus diupayakan perbaikannya oleh pemerintah dan relawan, masih menghadapi tantangan besar, terutama terkait ketersediaan logistik, sanitasi, dan layanan kesehatan.

Faktor Penyebab: Kombinasi Alam dan Antropogenik

Meskipun curah hujan ekstrem dan cuaca buruk, seperti pengaruh siklon tropis, sering menjadi pemicu utama, bencana ini tidak dapat dilepaskan dari faktor yang bersumber dari aktivitas manusia. Bencana hidrometeorologi berskala besar, seperti banjir bandang, umumnya merupakan hasil dari kombinasi dua faktor berikut:

  1. Faktor Alam
    Hujan deras dengan intensitas tinggi selama berhari-hari menyebabkan sungai meluap dan tanah mencapai titik jenuh air, sehingga memicu longsor. Wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat memiliki topografi yang rentan terhadap bencana ini, dengan banyak perbukitan dan aliran sungai.
  2. Faktor Antropogenik
    Degradasi lingkungan, terutama akibat deforestasi dari penebangan liar atau alih fungsi lahan yang tidak berkelanjutan, secara signifikan menurunkan daya serap air tanah. Ketika hutan sebagai “penjaga air” menghilang, air hujan langsung mengalir deras sambil membawa lumpur dan gelondongan kayu, sehingga banjir biasa berubah menjadi banjir bandang yang merusak dan mematikan.

Dampak dan Pemulihan

Kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana ini sangat luas. Ribuan rumah mengalami kerusakan berat, sementara ratusan fasilitas umum—seperti jembatan, fasilitas kesehatan, dan sekolah—mengalami kehancuran. Rusaknya infrastruktur, khususnya jembatan dan akses jalan darat, sempat menghambat proses evakuasi dan penyaluran bantuan, sehingga berpotensi memperburuk kondisi korban di wilayah terisolasi.

Saat ini, fase tanggap darurat berangsur beralih ke fase pemulihan yang panjang dan penuh tantangan. Pemerintah daerah bersama BNPB serta berbagai pihak terkait memfokuskan upaya pada:

  • Pencarian dan Pertolongan (SAR): Mengoptimalkan upaya untuk menemukan korban yang masih hilang.
  • Distribusi Logistik: Menjamin ketersediaan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar bagi masyarakat terdampak, termasuk melalui jalur udara.
  • Pemulihan Infrastruktur: Mempercepat perbaikan jembatan dan akses jalan guna mendukung mobilitas, distribusi bantuan, serta pemulihan ekonomi masyarakat.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *