Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Curhat

Berusaha Memahami

×

Berusaha Memahami

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Halo, perkenalkan namaku Mira. Aku seorang kakak dari seorang adik. Kami berdua hanya selisih 4 tahun. Dari dulu, orang tuaku mendidik aku untuk menjadi sosok yang penurut. Aku tahu, ini semua untuk kebaikan. Namun terkadang rasanya seperti tidak adil…

Dari SD, aku terbiasa sendiri, seperti saat mau berangkat sekolah, dari memakai baju, mengikat rambut, hingga berangkat aku selalu sendiri. Hampir tidak pernah aku diantar ke sekolah, tapi itu wajar sih… Karena rumahku dekat dengan sekolahku hahaha. Tapi ada satu hal yang ingin aku rasakan, yaitu, ibuku menata rambutku sebelum aku berangkat ke sekolah. Enam tahun menempuh pendidikan sekolah dasar, dapat dihitung jari untuk ibuku menata rambutku. Aku tahu, ibu tidak bisa menata rambutku karena bukan tidak mau, tetapi karena ibuku sibuk untuk bekerja.

Aku sedikit iri dengan adikku, kami memiliki jarak umur yang tidak jauh berbeda, saat aku pertengahan SMP, kelas 8 SMP, aku mulai sadar bahwa adikku hampir setiap pagi atau mungkin setiap hari keperluan sekolahnya pasti disiapkan ibuku, hingga berangkat sekolah juga sering diantar. Selain itu, setiap pagi ibuku pasti akan menata rambut adikku, entah itu kuncir satu, dua, atau rambutnya dikepang. Aku iri, karena saat aku seumuran adikku, aku tidak pernah diperlakukan seperti itu.

Aku pernah bilang kepada ibuku, kenapa aku jarang ditata rambutnya? Kenapa ibu jarang menyiapkan keperluanku dan menunggu aku untuk diantar ke sekolah? Ibu ku pun menjawab “kamu tahu kan kak, ibu ini pagi-pagi sudah harus berangkat bekerja, kalau ibu menata rambutmu dulu nanti telat”, aku pun bertanya lagi, “kenapa saat adik, ibu bisa? Ibu mau menata rambutnya sebelum ibu berangkat kerja..” Ibu menjawab “Kamu tahu sendirikan sifat adikmu itu bagaimana, kalau tidak diturutin pasti nanti nangis, atau enggak malah enggak mau berangkat sekolah. Kan kalau kakak enggak, kalau ibu bilang enggak bisa kakak pasti langsung paham, enggak seperti adikmu itu.” Setelah mendengar jawaban itu, aku sedikit senang, karena aku termasuk anak yang penurut. Namun, disisi lain aku juga sedih karena apa aku merasa apakah aku harus menjadi anak yang sedikit rewel supaya mendapat perhatian lebih dari orang tuaku?
Sejak saat itu, pertanyaan itu sering berputar di kepalaku. Aku tetap menjadi kakak yang penurut, yang berusaha memahami keadaan orang tua, terutama ibuku. Aku belajar menelan rasa iri itu pelan-pelan, meyakinkan diriku bahwa menjadi anak yang mandiri adalah hal yang baik. Tapi ternyata, menjadi mandiri juga melelahkan.

Oleh: Zamira Amirova, Mahasiswa Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Curhat

Oleh: Rizqiyya Salsabila Queenza, Murid Kelas VI SD…

Curhat

Oleh: Siti Efrilia, Mahasiswa UIN Salatiga Di masa…