Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Gen-ZMental HealthMimbar MahasiswaPendidikan

Kesehatan Mental Generasi Z dalam Pendidikan

×

Kesehatan Mental Generasi Z dalam Pendidikan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Lutfi Aulia Zahra, Mahasiswi Fakultas Dakwah Prodi Komunikasi Penyiaran Islam

Kesehatan mental Generasi Z dalam pendidikan adalah isu yang semakin mendesak dan perlu mendapat perhatian serius. Dalam pandanganku, sistem pendidikan saat ini, yang sangat terfokus pada hasil akademik, justru sering kali memperburuk kondisi kesehatan mental siswa. Tekanan yang diberikan untuk mencapai standar akademik yang tinggi sering kali mengesampingkan aspek emosional dan psikologis siswa. Di sinilah letak urgensi perubahan dalam pendekatan pendidikan kita, terutama untuk mendukung kesejahteraan mental Generasi Z. Salah satu alasan utama mengapa pendidikan menambah beban psikologis pada Generasi Z adalah tekanan akademik yang sangat tinggi.

Example 300x600

Sekolah sering kali menilai siswa hanya berdasarkan nilai dan peringkat, tanpa mempertimbangkan bagaimana proses belajar itu sendiri dapat mempengaruhi kesejahteraan mental mereka. Generasi Z tumbuh dalam dunia yang semakin kompetitif, di mana nilai akademik menjadi tolok ukur kesuksesan. Hal ini menciptakan perasaan cemas, takut gagal, dan ketidakmampuan untuk memenuhi ekspektasi yang sering kali tidak realistis. Dalam jurnal peran sistem pendidikan dalam pembentukan mental generasi z oleh Ariani menyatakan banyak siswa merasa tertekan karena mereka hanya dihargai berdasarkan angka, bukan usaha dan proses yang mereka jalani. Padahal, perkembangan emosional dan keterampilan sosial juga penting untuk membentuk individu yang seimbang.

Jika kita terus mendewakan nilai akademik tanpa memberikan ruang bagi kreativitas dan pemikiran kritis, maka generasi muda ini akan semakin terperangkap dalam lingkaran stres yang tak berujung. Dalam pandanganku, solusi untuk masalah ini terletak pada perubahan sistem evaluasi yang lebih holistik dan manusiawi. Salah satu alternatif yang bisa dipertimbangkan adalah menggantikan ujian berbasis angka dengan penilaian berbasis proyek atau portofolio. Dengan pendekatan ini, siswa bisa menunjukkan kemampuan mereka secara menyeluruh, tanpa terbebani oleh angka yang hanya mencerminkan sebagian kecil dari kemampuan mereka. Penilaian berbasis proyek akan memungkinkan siswa untuk belajar dengan lebih menyenangkan dan mengurangi kecemasan yang sering muncul menjelang ujian. Hal ini akan memberikan ruang bagi mereka untuk berkembang sesuai dengan kelebihan masing-masing, tanpa merasa tertekan oleh sistem yang terlalu kaku.

Teknologi dan media sosial juga memainkan peran penting dalam memperburuk kesehatan mental Generasi Z. Media sosial sering kali menciptakan perbandingan sosial yang tidak sehat, di mana siswa merasa harus memamerkan kehidupan yang sempurna agar diterima oleh teman-teman mereka. Padahal, di balik citra ideal yang ditampilkan di media sosial, banyak siswa yang merasakan tekanan dan kecemasan yang mendalam. Pendidikan digital yang lebih bijak sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Generasi Z perlu diberi pemahaman tentang bagaimana teknologi dan media sosial dapat digunakan dengan bijak, serta dampak negatif yang bisa ditimbulkan jika digunakan secara berlebihan. Dengan pendekatan ini, siswa akan lebih siap menghadapi tantangan digital tanpa merasa tertekan oleh standar yang tidak realistis.

Tidak kalah juga dengan adanya peran sekolah sebagai lingkungan yang aman dan mendukung kesehatan mental siswa. Saat ini, banyak sekolah yang belum memiliki sistem yang memadai untuk mengidentifikasi dan menangani masalah kesehatan mental. Kehadiran konselor profesional di sekolah harus menjadi prioritas. Konselor tidak hanya berperan dalam membantu siswa mengatasi masalah pribadi, tetapi juga dalam menciptakan budaya sekolah yang peduli terhadap kesehatan mental. Dalam jurnal konseling sekolah sebagai sebagai upaya penanganan kesehatan mental jiwa oleh Nugroho menekankan bahwa sekolah yang peduli terhadap kesejahteraan mental siswa akan menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana siswa merasa aman dan didukung.

Konselor juga bisa memberikan pelatihan kepada guru untuk mengenali tanda-tanda gangguan mental pada siswa, sehingga mereka bisa segera mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Jadi, kesehatan mental Generasi Z dalam pendidikan membutuhkan perhatian khusus. Tekanan akademik yang berlebihan, pengaruh media sosial, dan kurangnya dukungan dalam sistem pendidikan menjadi faktor utama yang memperburuk kondisi kesehatan mental siswa. Dengan reformasi sistem evaluasi yang lebih manusiawi, integrasi pendidikan digital yang bijak, dan dukungan konselor profesional di sekolah, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih sehat dan mendukung kesejahteraan mental siswa. Hanya dengan pendekatan yang lebih holistik dan peduli terhadap aspek emosional ini, kita dapat membantu Generasi Z untuk tumbuh menjadi individu yang lebih sehat secara mental dan lebih siap menghadapi tantangan masa depan.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *