Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Opini

Overthingking: Musuh Tidur Remaja Modern

×

Overthingking: Musuh Tidur Remaja Modern

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Overthingking atau berpikir berlebihan, telah menjadi musuh tidur yang sangat nyata bagi banyak remaja di era moden ini. Di tengah tekanan sosial, tuntutan akademik, dan kecemasan akan masa depan, pikiran mereka sering kali berputar tanpa henti, mengurai setiap detail kecil dalam hidup mereka hingga terasa membebani. Overthingking ini membuat mereka sulit tidur karena otak sulit berhenti menganalisis segala sesuatu, dari percakapan sehari-hari hingga keputusan besar yang harus diambil. Keadaan ini semakin diperburuk dengan paparan media sosial yang membuuat mereka terus membandingkan diri dengan orang lain, menambah kekhawatiran dan rasa tidak aman.

Tidur yang cukup sangat penting bagi perkembangan fisik dan mental remaja. Namun, overthingking justru menjadi penghalang terbesar kualitas tidur mereka, menciptakan siklus kecemasan yang sulit diputus. Dalam dunia yang serba cepat ini, penting bagi remaja untuk belajar menenangkan pikirannya dan mengenali batasan-batasan yang sehat dalam menghadapi masalah agar mereka bisa mendapatkan tidur yang lebih nyenyak dan menjalani hari-hari dengan lebih tenang.

Example 300x600

Overthingking sering kali dianggap sebagai hal yang wajar, terutama pada remaja yang sedang mengalami berbagai perubahan dalam hidup mereka. Namun, kebiasaan berpikir berlebihan ini sebenarnya bisa menjadi penghalang tidur yang serius, terutama dalam konteks kehidupan remaja modern yang penuh dengan tekanan.

Banyak remaja yang tidak hanya terjebak pada perasaan cemas tentang kehidupan sosial mereka, tetapi juga terpapar pada ekspetasi yang tinggi melalui media sosial dan dunia digital. Proses ini menyebabkan mereka tidak bisa menenangkan pikiran mereka di malam hari, yang pada gilirannya memenuhi kualitas tidur mereka.

Kekhawatiran yang berlarut-larut, seringkali berfokus pada hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting, membuat mereka terjaga hingga larut malam. Overthingking ini memperburuk kondisi kecemasan dan depresi yang mungkin masih ada hingga menciptakan siklus negatif yang sulit diputus.

Dalam banyak kasus, remaja merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya, di mana mereka terus–menerus melihat kehidupan orang lain yang terlihat lebih mudah dan menyenangkan. Media sosial, dengan algoritma yang terus-menerus memberikan mereka umpan visual dan informasi, memperburuk perasaan mereka dan membuat mereka tidak cukup baik atau insecure. Akibatnya, remaja sering kali terbangun tengah malam, berputar-putar dalam kecemasan tentang apa yang telah terjadi atau apa yang akan datang.

Faktor lain yang memicu overthingking pada remaja adalah ketidakmampuan untuk mengelola emosi dan stres. Remaja berada dalam fase di mana mereka mulai menghadapi tantangan-tantangan baru seperti ujian, percintaan, dan pencarian jati diri. Ketika mereka merasa tertekan atau cemas, merika sering kali berpikir terlalu banyak tentang hal-hal yang tidak bisa mereka kendalikan. Overthingking ini sering kali muncul dalam bentuk “self-talk” atau percakapan dalam pikiran yang berlarut-larut, yang justru membuat kecemasan semakin membesar. Tidur pun menjadi terganggu karena mereka merasa terus-menerus dipenuhi dengan kekhawatiran yang sulit dilepaskan.

Untuk mengatasi masalah ini, salah satu langkah pertama adalah mengajarkan remaja untuk menyadari dan menerima bahwa perasaan cemas dan overthingking adalah hal yang wajar, namun mereka tidak perlu membiarkan hal itu menguasai hidup mereka. Salah satu cara untuk mengelola overthingking adalah dengan mengajarkan mereka untuk menetapkan batasan dalam penggunaan teknologi, seperti mematikan ponsel atau membatasi akses ke media sosial setidaknya satu jam sebelum tidur.

Membuat rutinitas tidur yang konsisten dan menciptakan lingkungan tidur yang tenang dan nyaman juga sangat penting. Selain itu, penting bagi remaja untuk mengelola pikirannya dengan lebih bijak. Misalnya, mereka bisa mencoba teknik relaksasi sebelum tidur, seperti meditasi atau sekedar mendengarkan musik yang bisa membuat pikiran menjadi tenang. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan remaja dapat tidur lebih nyenyak dan bangun dengan perasaan lebih segar serta siap menghadapi tantangan kehidupan.

Oleh: Mayang Mufi Kirana, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Saalatiga

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *