Oleh: Syukur Abdillah
Di fajar yang masih menguap sepi,
Langkahmu berat namun pasti,
Mengejar kereta pagi,
Jakarta memanggil, Cirebon merindu sunyi.
Seminggu sekali, kau pulang,
Membawa lelah yang tak pernah kau ceritakan,
Kantong matamu saksi bisu,
Bahwa cinta tak selalu tentang kata rindu.
Rel-rel panjang adalah teman setiamu,
Membelah jarak demi sesuap asa,
Di balik kaca jendela yang berembun,
Kau titipkan harapan untuk keluarga di rumah.
Anak-anak menanti, istrimu berdoa,
Agar angin malam tak terlalu dingin di bahumu,
Kau tersenyum, walau hatimu tahu,
Perjalanan ini adalah perjuangan tanpa henti.
Bapak,
Engkau bukan hanya tulang punggung rumah,
Kau adalah langit yang melindungi,
Dan tanah tempat kami berpijak.
Semoga kereta yang membawamu pergi,
Selalu mengantarkanmu kembali,
Karena rumah ini,
Tak pernah lengkap tanpa hadirmu di sini.
Barakallah fii umrik, Bapak.
Semoga rezekimu senantiasa mengalir
Sehat selalu dan panjang umur
Melihat anak-anak sukses dan melihat anak2 lembur
—