Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Esai

Poros dalam Putaran Teknologi di Lingkungan Pendidikan

×

Poros dalam Putaran Teknologi di Lingkungan Pendidikan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Tyas Prabawati, S.Hut, Pengampu Sains dan Teknologi Yayasan Pondok Pesanstren Nurul Furqon, Alumni IPB, Magister Studi Lingkungan Universitas Terbuka

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Dengan adanya teknologi pendidikan (educational technology), kita bisa mengakses informasi dengan lebih cepat dan menggunakan berbagai media pembelajaran interaktif yang membuat proses belajar jadi lebih mudah. Teknologi juga mempercepat komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Namun, yang perlu selalu kita ingat adalah bahwa teknologi bukanlah hal yang harus mendominasi, melainkan tetap menjadi alat bantu yang mendukung proses berpikir peserta didik.

Example 300x600

Seperti yang pernah dikatakan oleh Alvin Toffler, futuris terkemuka, “Mereka yang tidak dapat membaca dan menulis ulang informasi di era transformasi digital akan tertinggal.” Artinya individu yang tidak dapat menguasai keterampilan membaca, menulis, dan beradaptasi dengan teknologi digital akan tertinggal, sehingga pendidikan yang terus berkembang dengan pendekatan teknologi menjadi faktor utama untuk tetap relevan dan berkembang. Transformasi digital ini mengharuskan setiap orang untuk terus memperbarui kompetensi kognitif mereka, agar tidak terjebak dalam keterbelakangan.

Perubahan yang cepat dalam teknologi adalah katalisator utama dalam kemajuan global, namun inti dari pendidikan tetaplah manusia itu sendiri. Teknologi hanya mempercepat proses pembelajaran, tapi tidak bisa menggantikan peran manusia yang dianugerahi akal dan kecerdasan rasional oleh Allah SWT.

Menurut ontologi pendidikan (ontology of education), manusia adalah makhluk yang diberikan kemampuan berpikir yang mendalam, untuk mencipta, dan memecahkan masalah. Akal adalah sarana utama untuk memperoleh pengetahuan (epistemological access), yang ditekankan dalam Surat Al-Alaq, yang artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Ayat-ayat ini menegaskan pentingnya ilmu pengetahuan dan proses mengalami pembeelajaran dengan penggunaan akal untuk mendapatkannya. Teknologi, dalam konteks ini, bisa dilihat sebagai media instruksional yang membantu mengoptimalkan proses pengajaran tanpa mengalihkan peran manusia sebagai agen pendidikan yang aktif.

Meskipun teknologi membawa banyak potensi untuk inovasi, keputusan Swedia yang kembali pada model pembelajaran konvensional memberikan pengingat penting akan nilai interaksi sosial dalam pendidikan. Pendidikan tatap muka (face-to-face education) memiliki nilai afektif yang tak bisa digantikan oleh interaksi digital. Interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik berperan sangat penting dalam membangun keterampilan sosial dan emosional siswa, yang merupakan bagian integral dari pendidikan holistik.

Pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga membangun karakter dan nilai sosial yang melibatkan etika dan tanggung jawab moral. Kemajuan teknologi membuat kita semakin dekat dengan dunia yang terkoneksi secara digital, namun kita tetap harus memastikan bahwa nilai-nilai etika dalam penggunaan teknologi tetap dijaga. Pendidikan yang mengintegrasikan etika digital (digital ethics) mengajarkan siswa untuk menggunakan teknologi dengan bijaksana, serta penuh kesadaran akan dampaknya terhadap masyarakat.

Etika sosial dan tanggung jawab kolektif harus menjadi bagian dari kurikulum pendidikan yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan bertindak penuh empati.Salah satu contoh yang relevan adalah pentingnya menulis manual (manual writing). Penelitian menunjukkan bahwa menulis dengan tangan terbukti lebih efektif dalam meningkatkan neuroplasticity otak. Daya ingat dan pemahaman yang didapat dari menulis dengan tangan jauh lebih baik daripada menulis menggunakan teknologi digital. Ini karena proses kognitif yang lebih dalam memungkinkan kita untuk menginternalisasi pengetahuan dengan lebih kuat. Menulis manual meningkatkan proses memori yang lebih baik dengan keterlibatan motorik yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan, pendidikan yang ideal adalah yang mampu mengintegrasikan teknologi untuk mempercepat dan mempermudah proses pembelajaran, tanpa mengesampingkan peran manusia sebagai subjek utama dalam pengembangan kecerdasan dan karakter. Teknologi pendidikan harus berfungsi sebagai alat bantu yang memperkuat kapasitas manusia, bukan menggantikan peran manusia itu sendiri.

Dengan menggabungkan pendekatan digital dan konvensional yang tetap berlandaskan nilai-nilai sosial dan etika edukasi, kita bisa menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya efisien, tetapi juga berkelanjutan dan bernilai kemanusiaan. Dalam dunia yang terus berkembang ini, kita harus menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan dimensi sosial pendidikan agar dapat menghasilkan generasi yang cerdas, bijaksana, dan bertanggung jawab.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *