Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
KolomMental Health

Dampak Kecanduan Gadget terhadap Perkembangan Sosial dan Emosional Anak

×

Dampak Kecanduan Gadget terhadap Perkembangan Sosial dan Emosional Anak

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Afifah ‘Ainun Ni’mah, S.Sos., Pengajar di Pesantren-Sekolah Alam Nurul Furqon Rembang, Mahasiswa Pascasarjana Bimbingan Konseling Universitas Negeri Semarang.

Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan manusia, termasuk bagi anak-anak. Kemajuan dalam bidang teknologi telah memungkinkan akses yang semakin mudah terhadap berbagai perangkat digital, seperti ponsel pintar, tablet, dan komputer. Bahkan, anak-anak usia dini kini sudah terbiasa menggunakan gadget untuk berbagai keperluan, mulai dari hiburan hingga pembelajaran.

Example 300x600

Meskipun teknologi digital menawarkan manfaat yang besar dalam menunjang proses edukasi dan perkembangan kognitif anak, penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan kecanduan yang berdampak negatif, khususnya terhadap perkembangan sosial dan emosional mereka. Kementerian Komunikasi dan Informatika (2023) mencatat bahwa sekitar 65% anak di Indonesia menghabiskan lebih dari empat jam sehari di depan layar.

Tingginya durasi penggunaan gadget ini telah menimbulkan berbagai kekhawatiran, terutama terkait dengan kesehatan mental dan keseimbangan sosial mereka. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana kecanduan gadget dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional anak, serta bagaimana cara mengatasi permasalahan ini.

Dampak Sosial dan Emosional

Salah satu dampak yang paling terlihat dari kecanduan gadget adalah munculnya kecenderungan isolasi sosial pada anak-anak. Anak-anak yang terlalu sering menggunakan gadget cenderung lebih asyik dengan dunia digital mereka dan mengabaikan interaksi langsung dengan teman sebaya maupun anggota keluarga. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia (2022) menunjukkan bahwa 58% anak yang menghabiskan lebih dari lima jam sehari menggunakan gadget mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-temannya. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengalaman sosial secara langsung, yang membuat mereka kurang terampil dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat. Akibatnya, anak-anak ini cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya dan lebih mengandalkan dunia maya untuk berkomunikasi.

Selain dampak pada aspek sosial, kecanduan gadget juga berdampak serius pada regulasi emosi anak-anak. Studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Psikologi Anak (2023) menemukan bahwa 72% anak yang mengalami kecanduan gadget memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka. Penggunaan gadget yang berlebihan sering kali mengurangi waktu interaksi anak dengan orang tua dan teman sebaya, sehingga mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar mengelola emosi melalui pengalaman sosial yang nyata. Banyak anak yang menjadi lebih mudah marah, frustrasi, atau mengalami kecemasan saat mereka tidak dapat mengakses perangkat digitalnya.

Beberapa di antaranya bahkan menunjukkan perilaku agresif ketika akses mereka terhadap gadget dibatasi oleh orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada gadget bukan hanya mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan anak, tetapi juga berdampak langsung pada keseimbangan emosional mereka.
Kecanduan gadget juga berkontribusi pada ketergantungan anak terhadap validasi digital. Di era media sosial seperti sekarang, banyak anak dan remaja yang mengukur nilai diri mereka berdasarkan jumlah ‘likes’, komentar, atau jumlah pengikut di platform digital.

Sebuah penelitian menyebutkan Pendidikan Digital (2021) menunjukkan bahwa 63% remaja yang aktif di media sosial mengalami kecemasan jika mereka tidak mendapatkan tanggapan positif dalam bentuk interaksi digital. Mereka mulai mengembangkan ketergantungan emosional pada dunia maya dan mengalami kesulitan dalam membangun rasa percaya diri di dunia nyata. Hal ini dapat menyebabkan gangguan kepercayaan diri yang berujung pada kecemasan sosial serta ketidakmampuan untuk menghadapi situasi di luar dunia digital.

Solusi dan Peran Sekolah serta Orang Tua
Untuk mengatasi dampak negatif kecanduan gadget, diperlukan kolaborasi antara sekolah, orang tua, serta masyarakat secara luas. Menurut rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP), anak usia 2-5 tahun sebaiknya tidak menggunakan layar lebih dari satu jam per hari, sementara anak usia sekolah perlu diberikan batasan waktu yang jelas dalam penggunaan gadget.

Sayangnya, masih banyak orang tua yang kurang memahami pentingnya pembatasan ini dan membiarkan anak-anak mereka terpapar gadget dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Salah satu langkah konkret yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan peran sekolah dalam mengedukasi siswa mengenai literasi digital. Sekolah dapat mengintegrasikan program-program edukasi yang mengajarkan anak-anak tentang penggunaan teknologi yang bijak dan seimbang.

Selain itu, layanan bimbingan dan konseling juga dapat memainkan peran penting dalam memberikan bimbingan kepada anak-anak yang mengalami kecanduan gadget. Program detoks digital, di mana anak-anak didorong untuk mengurangi penggunaan gadget mereka secara bertahap, dapat diterapkan sebagai bagian dari kurikulum sekolah.

Di sisi lain, orang tua juga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk kebiasaan anak dalam menggunakan gadget. Sebagai role model, orang tua sebaiknya juga membatasi penggunaan gadget mereka sendiri agar anak-anak dapat meniru kebiasaan yang sehat. Selain itu, orang tua harus menciptakan suasana rumah yang mendukung interaksi sosial yang lebih aktif. Misalnya, dengan menetapkan aturan seperti tidak menggunakan gadget saat makan bersama, serta mengajak anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah, seperti olahraga atau kegiatan seni.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *