Oleh: Hasbi Ubaidillah Zaydi, Santri-Murid Kelas VIII SMP Alam Nurul Furqon asal Jakarta
Di suatu hari yang sangat indah di komplek Rajawali VI hiduplah seorang keluarga kaya raya. Keluarga ini mempunyai seorang anak bernama Ubaidillah. Anak ini lahir di Jakarta pada tanggal 28 Juli 2011 dari seorang ayah bernama Nur Azis dan Ibu Eti Bariroh. Ubaidillah sangat sayang sekali dengan kedua orang tuanya.
Ubaidillah yang kerap dipanggil Ubaid di suatu pagi saat hendak berangkat sekolah, ibunya berkata bahwa ia tidak bisa mengantar Ubaid sekolah pada hari itu. Sebab, ibunya harus segera berangkat ke toko, sehingga menyarankan Ubaid untuk meminta Sang Ayah yang mengantar Ubaid. Namun, pada saat Ubaid menuju kamar ayahnya, Ubaid melihat dari kejauhan ayahnya sedang ada meeting. Saat melihat jam, Ubaid pun kaget.
“Lho… ko belum apa apa udah jam 06.50 berarti sepuluh menit lagi aku telat dong…Aaaaaa tidaaaak,” Ubaid pun panik dalam seketika.
Pada saat panik, Ubaid melihat sepeda ayah yang sedang nganggur di garasi rumah. Ubaid pun berteriak kepada Sang Ayah.
“Ayaah aku pinjam ya sepeda Ayah, buat berangkat ke sekolah, okee boleh yaaa, makasiih,” Ubaid menjawab sendiri.
Ubaid pun langsung berangkat ke sekolah menggunakan sepeda ayahnya. Saat di perjalanan, Ubaid bertemu dengan banyak orang komplek yang ingin berangkat kerja. Namun saat menempuh setengah perjalanan, Ubaid melihat sebuah rumah yang sudah sangat tua sekali. Ubaid pun terheran – heran.
“Bentar bentar, perasaan selama aku jalan dan melihat komplek ini aku gak pernah de melihat rumah sebesar ini dan seangker ini… Coba ahh nanti aku mau tanya ke teman teman,” kata Ubaid dengan perasaan yang sangat kaget.
Ubaid pun sampai di sekolahnya, nama sekolahnya SDI At-Taqwa.
Ubaid pun langsung menuju kelasnya dan langsung menemui teman-temannya. Namun pada saat Ubaid sedang merantai sepeda miliknya, tiba tiba teman-temannya datang menemui.
“Ubaid… Ko kamu tumben sih ke sekolahnya make sepeda, biasanya kamu diantar pakai mobil mewah sama ibumu, nggak biasanya deh kamu pake sepeda,” ucap sahabat Ubaid yang bernama Ucok.
Ubaid yang sedang merantai sepedanya pun berpaling dan kaget.
“Lhooo, kok kamu bisa di sini padahal aku mau nyamper kamu ke atas. Owh jadi gini, kan aku mau minta ibuku nganter, tiba tiba ibuku bilang bahwa ibu tidak bisa ngantar karena ibu ingin segera menuju ke toko, katanya di toko ada kendala, lalu ibu menyarankan aku untuk meminta ayah mengantarnya ke sekolah, trus aku langsung menuju ke kamar ayah. Namun pada saat aku ke kamar ayah aku lihat ayahku sedang meeting, jadi aku turun, ternyata udah jam 06.50. Aku pun langsung melihat ke area garasi barangkali ada yang bisa di pake. Ternyata di garasi ada sepeda ayahku, yaudah aku pake aja. Hehehehehe,” kata Ubaid sambil ketawa lucu.
Setelah Ubaid selesai memasang rantai pada sepedanya, Ubaid meminta Ucok untuk ikut bersamanya karena Ubaid ingin berbicara sesuatu kedapa Ucok.
“Cok Ucok, sini deh aku mau cerita,” Ubaid mengajak Ucok.
Ucok pun mengikuti Ubaid yang sedang berjalan menuju kantin.
“Tau gak sih, Cok…? Aku kan tadi naik sepeda trus pas di tengah jalan aku ketemu sama warga komplek yang ada di rumahku… Teruus, gak sampe itu doang, aku ngeliat ada rumah angkeeer banget, dan rumah itu misterius,” ucap Ubaid dengan sangat serius.
Ucok pun kaget.
“Wah, beneran aja, masa ada rumah angker sih di kota, kok aku gak yakin yah,” ucap Ucok yang tidak yakin.
Dan Ubaid pun bingung gimana yah cara biar Ucok percaya.
“Owh ok, gimana kalo kita ke rumah itu bareng nanti malam, gimana berani gak?…” ucap balik Ubaid sambil menantang.
Mereka berdua pulang bareng, Ubaid pun langsung membonceng Ucok untuk pergi pulang bareng.
“Cokk, pulang bareng yok, sembari kita lihat rumah yang tadi aku bilang ke kamu,” ucap Ubaid menantang lagi.
Saat mereka pulang barang, mereka melihat rumah yang tadi diceritakan oleh Ubaid.
“Cokk, liat tuh rumah yang tadi aku
bilangin…. Beneran kan aku gak bohong,” ucap Ubaid dengan keyakinan penuh.
Ucok pun kaget dan tubuhnya langsung merinding, bulu perkututnya langsung naik semua.
Dan tidak sampai situ saja, tiba tiba ucok mendengar suara tangisan dari rumah tersebut, yang membuat Ucok panik.
“Woi, woiiii, Ubaidd kamu dengar tidak??..” tanya ucok sambil panik.
Ubaid pun panik dan langsung lanjut menggoes sepedanya, dengan sangat kencang.
“E,e,e,enggak ko, aku gak dengar ayo terus goees,” jawab Ubaid sambil panik.
Sesampainya di rumah Ubaid. Mereka langsung mandi dan ganti baju, setelah mandi dan ganti baju. Ubaid mengajak by one PS 5 miliknya.
“Woii, Cokk by one yok… yang kalah masuk ke rumah angker itu duluan. Gimana nih?” Ubaid menantang Ucok.
Ucok pun merasa tertantang dengan apa yang dikatakan Ubaid.
“Lhooo, ayo gazzzz,” Ucok menerima tantangan tersebut.
Pada malam tepatnya setelah Maghrib, mereka berdua pun langsung berangkat menggunakan motor. Saat sampai tujuan, mereka melihat di atas atau tepatnya di lantai dua, ada seorang perempuan berambut panjang mereka pikir, itu Mbah Kunti yang sedang menggendong anaknya. Akhirnya, mereka pun langsung balik dan panik, kuntilanak itu pun makin dekat…Ternyata itu adalah ibu Ucok, yang sedang menggendong adek ucok. Wakaka kakakakakaka