Oleh: Gunawan Trihantoro
Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah dan Ketua Satupena Kabupaten Blora
Perpustakaan Lentera Desa Balong, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, menjadi bukti bahwa perpustakaan desa dapat menjadi motor perubahan sosial, budaya, dan ekonomi. Bukan sekadar tempat membaca buku, Lentera menjelma menjadi ruang kreatif, tempat belajar bersama, dan pusat pemberdayaan masyarakat.
Melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), Lentera menghadirkan inovasi Ekoprint sejak 2022. Program ini tak hanya mengajarkan keterampilan seni, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi warga sekitar.
Wakil Perpustakaan Lentera, Puji Susanti, menjelaskan pelatihan Ekoprint telah digelar tiga kali di pendopo balai desa Balong, melibatkan sekitar 25 peserta, mayoritas ibu-ibu dan remaja. Dari daun dan bunga lokal, tercipta motif yang mencerminkan cinta terhadap alam dan budaya.
Tahun 2025 menjadi langkah berikutnya, saat Lentera menggelar pelatihan batik tulis bekerja sama dengan BLK Blora. Meski baru sekali, pelatihan ini berhasil melibatkan 16 peserta, membuka jalan bagi Desa Balong memiliki corak batik tulis khasnya sendiri.
Lebih dari itu, keberhasilan Lentera tak lepas dari dukungan aktif Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Blora di bawah kepemimpinan Mohamad Toha Mustofa. Pembinaan dan pendampingan mereka memberi fondasi kokoh bagi lahirnya inovasi dan gerakan literasi yang membumi.
Kepala Desa Balong, Bapak Nyomo, SE., juga menegaskan pentingnya kolaborasi desa dengan Perpustakaan Lentera. “Kami mengalokasikan anggaran desa untuk mendukung pengelolaan perpustakaan, termasuk honor pengelola, pengadaan buku, dan raknya,” ungkap beliau.
Bapak Nyomo juga menjelaskan bahwa Desa Balong memiliki berbagai usaha ekonomi seperti Bata Ekspos Keramik, Batik Tulis, dan Batik Ekoprint. Sinergi antara potensi desa dengan program perpustakaan menciptakan peluang baru yang lebih luas bagi masyarakat.
Harapan beliau sederhana tetapi sangat bermakna: “Pertama, agar anak-anak desa tetap belajar dan tumbuh dengan literasi, meskipun sekarang banyak media digital. Kedua, agar minat dan bakat anak-anak dapat tersalurkan melalui kegiatan perpustakaan.”
Inisiatif Lentera memperlihatkan bahwa literasi sejati tak berhenti pada teks, tetapi juga tumbuh melalui keterampilan tangan, kepekaan membaca alam, dan cinta terhadap budaya sendiri. Ekoprint dan batik tulis menjadi wujud nyata literasi yang hidup dan menghidupi.
Pendopo balai desa Balong menjadi ruang belajar yang inklusif. Di sana, generasi muda belajar dari yang lebih tua, berbagi teknik dan ide hingga melahirkan corak baru yang khas dan penuh makna.
Dukungan desa, pembinaan DPK Kabupaten Blora, dan semangat masyarakat membuktikan pentingnya kolaborasi. Literasi tumbuh subur saat semua pihak bergerak bersama, bukan berjalan sendiri-sendiri.
Melalui TPBIS, Lentera berhasil menjembatani pengetahuan dan praktik ekonomi. Dari membaca buku di rak, warga belajar mencipta karya bernilai ekonomi yang membuka peluang usaha.
Peserta pelatihan bukan lagi hanya penikmat karya, tetapi pencipta dan pewaris budaya. Dari lembaran kain bermotif, lahir cerita tentang desa, sejarah, dan harapan masa depan.
Refleksi dari perjalanan ini adalah bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari langkah sederhana. Dari pendopo balai desa, dari daun-daun jatuh, dan dari niat tulus untuk saling belajar.
Dari Desa Balong, cahaya Lentera menyala, menembus batas, dan menjadi teladan bagi desa-desa lain. Bahwa perpustakaan bukan hanya ruang baca, tetapi ruang berdaya yang menghidupkan kreativitas dan kebersamaan.
Semoga Lentera tetap menjadi ruang belajar yang tak pernah redup—tempat buku, Ekoprint, dan batik tulis bertemu, mencipta peluang, dan menyatukan langkah menuju masa depan yang lebih baik.
Karena sejatinya, literasi bukan hanya soal membuka buku, tetapi juga membuka hati, membuka peluang, dan membuka jalan perubahan yang menyentuh banyak kehidupan. (*)