Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Mimbar Jum'at

Asal-Usul Bacaan “Sami’allaahu Liman Hamidah” dalam Shalat: Mitos atau Tuntunan Rasulullah?

×

Asal-Usul Bacaan “Sami’allaahu Liman Hamidah” dalam Shalat: Mitos atau Tuntunan Rasulullah?

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Muchammad Sirojul Munir, Pengajar di Pondok-Sekolah Alam Nurul Furqon (Planet Nufo), Rembang

Mungkin banyak di antara kita yang bertanya-tanya, “Mengapa saat bangun dari rukuk kita membaca ‘Sami’allaahu liman hamidah’, padahal gerakan lainnya ‘Allaahu akbar’?” Saat kita mencari penjelasannya di kitab-kitab klasik, bertanya kepada ustadz, ataupun searching di internet, biasanya jawabannya adalah karena hal itu ada kaitannya dengan kisah Abu Bakar al-Shiddiq yang hampir ketinggalan sholat berjamaah bersama Rasulullah saw..

Example 300x600

Sesungguhnya alasan itu didasarkan pada kitab I’anatut Thoolibiin yang dikarang oleh Syekh Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatho al-Dimyathi. Kitab I’anatut Thoolibiin merupakan salah satu kitab yang sering menjadi rujukan primer bagi mayoritas santri Indonesia dan bacaan wajib di pesantren salaf umumnya. Dalam kitab itu, beliau meriwayatkan sebuah kisah yang menjadi penyebab perbedaan kesunnahan ucapan saat bangun dari rukuk sebagai berikut:

والسبب في سن سمع الله لمن حمده: أن الصديق رضي الله عنه ما فاتته صلاة خلف رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قط، فجاء يوما وقت صلاة العصر فظن أنه فاتته مع رسول الله – صلى الله عليه وسلم -، فاغتم بذلك وهرول ودخل المسجد فوجده – صلى الله عليه وسلم – مكبرا في الركوع، فقال: الحمد لله. وكبر خلفه – صلى الله عليه وسلم -. فنزل جبريل والنبي – صلى الله عليه وسلم – في الركوع، فقال يا محمد، سمع الله لمن حمده. … اجعلوها في صلاتكم عند الرفع من الركوع، – وكان قبل ذلك يركع بالتكبير ويرفع به – فصارت سنة من ذلك الوقت ببركة الصديق رضي الله عنه.

Artinya: “Sebab kesunahan ucapan سمع الله لمن حمده ialah bahwa sahabat Abu Bakar al-Shiddiq r.a. tidak pernah sama sekali tertinggal shalat berjama’ah di belakang Rasulullah saw.. Hingga pada suatu ketika, saat shalat ashar, Sahabat Abu Bakar RA tertinggal shalat bersama Rasulullah saw.. Abu Bakar sangat bersedih karena hal itu dan bergegas masuk masjid. Sampai di masjid, ia masih bisa menemui rukuk Rasulullah, maka ia berucap: “Alhamdulillah” sebagai bentuk pujian terhadap Allah, lantas takbiratul ihram dan shalat di belakang Rasulullah saw.. Jibril kemudian turun saat Nabi sedang rukuk sambil berkata: “Wahai Muhammad, ucapkan سمع الله لمن حمده . ‘Allah mendengar orang-orang yang memuji-Nya.’ Baca kalimat itu setiap shalat saat bangun dari ruku‘. Sebelum kejadian ini setiap akan rukuk dan bangun dari rukuk yang dibaca adalah takbir. Berkah dari Abu Bakar r.a. membuat tasmi’ (bacaan ‘sami’allaahu liman hamidahu’) jadi disunnahkan.”

Memeriksa Kebenaran Klaim Sejarah

Sebagian orang meyakini bahwa bacaan bacaan “Sami’allaahu liman hamidah” muncul pertama kali ketika Abu Bakar al-Shiddiq terlambat mengikuti shalat berjamaah sebagaimana diceritakan dalam kitab I’anatut Thaalibiin di atas. Namun, apakah benar bahwa ‘Sami’allaahu liman hamidah’ yang menjadi bacaan saat bangun dari rukuk berawal dari kisah Abu Bakar al-Shiddiq yang terlambat shalat berjamaah? Setelah menelusuri berbagai riwayat hadits, tidak ditemukan bukti autentik yang menghubungkan bacaan ini dengan kisah Abu Bakar al-Shiddiq yang terlambat shalat berjamaah.

Dalil-Dalil Shahih tentang Bacaan “Sami’allaahu Liman Hamidah

Justru, berbagai hadits shahih menunjukkan bahwa bacaan ini berasal dari tuntunan Rasulullah saw. sendiri dalam shalat. Berikut ini beberapa hadis yang menjadi dalil bacaan tasmi’ (sami’allaahu liman hamidah) ketika bangun dari rukuk:

Pertama, hadits dari Abu Hurairah r.a.. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya imam diangkat untuk diikuti. Apabila ia bertakbir, maka bertakbirlah kalian! Apabila ia rukuk, maka rukuklah kalian! Dan apabila ia mengucapkan ‘Sami’allaahu liman hamidah’ (Allah mendengar orang yang memuji-Nya), maka ucapkanlah ‘Rabbanaa wa lakal hamdu’ (Ya Tuhan kami, milik Engkaulah segala pujian). Apabila ia sujud, maka sujudlah kalian! Dan apabila ia shalat dengan duduk, maka shalatlah kalian dengan duduk! (H.R. Bukhari – 692; Muslim – 411).

Kedua, hadits dari Abdullah bin Umar r.a.. Rasulullah saw. ketika mengangkat kepalanya dari rukuk mengucapkan: ‘Sami’allaahu liman hamidah‘. Dan tatkala beliau berdiri tegak, beliau mengucapkan: ‘Rabbanaa lakal hamd’.”(H.R. Bukhari – 732; Muslim – 391). Ketiga, hadits dari Anas bin Malik r.a.. Rasulullah saw. ketika mengucapkan “Sami’allaahu liman hamidah”, beliau berkata “Rabbanaa wa lakal hamdu.” (H.R. Bukhari – 789 dan Muslim – 392).

Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa bacaan “Sami’allaahu liman hamidah” bukan berasal dari kisah seorang sahabat, melainkan merupakan tuntunan langsung dari Rasulullah saw.. dalam shalat.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting. Pertama, pentingnya merujuk pada hadits shahih. Setiap praktik ibadah dalam Islam harus memiliki dasar yang kuat dalam al-Qur’an dan hadits. Mengaitkan suatu ajaran agama dengan cerita yang tidak mendasar dapat menyebabkan kekeliruan dalam memahami agama.

Kedua, menjauhi mitos dan narasi yang tidak berdasar. Tidak semua cerita dalam masyarakat memiliki dasar yang kuat. Oleh sebab itu, penting untuk selalu melakukan verifikasi dengan merujuk pada sumber-sumber yang kuat dan terpercaya. Ketiga, menghormati sunnah Rasulullah saw.. Bacaan “Sami’allaahu liman hamidah” merupakan bagian dari ajaran Rasulullah saw.. Sebagai umat Islam, sudah sepatutnya kita mengikuti dan menaati sunnah-sunnah beliau.

Dengan selalu merujuk pada sumber ajaran yang kuat dan menjauhi mitos serta narasi yang tidak mendasar, kita dapat menjaga kemurnian ajaran Islam dan menghindari praktik ibadah yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.. Wallahu a’lamu bi al-shawaab.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mimbar Jum'at

Oleh: Muhammad Muadz Alfayyad, Mahasiswa UIN Salatiga Hari…