Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Curhat

Catcalling Menyebabkan Ketidaknyamanan saat Berkendara

×

Catcalling Menyebabkan Ketidaknyamanan saat Berkendara

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Ilmiatun Nafi’ah, Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Salatiga 2024-2025

Catcalling adalah tindakan mengeluarkan komentar, seruan, atau suara yang bersifat seksual kepada orang lain, biasanya di tempat umum. Komisioner Komnas Perempuan Rainy Hutabarat menjelaskan, catcalling merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual dalam bentuk kekerasan verbal atau kekerasan psikis.

Example 300x600

Terdapat nuansa seksual dalam ucapan, komentar, siulan, atau pujian, kadang-kadang disertai kedipan mata. Korban merasa dilecehkan, tak nyaman, terganggu, bahkan terteror, katanya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/2/2021). Dalam konteks ini, catcalling tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga dapat menimbulkan rasa takut dan ketidakamanan.

Catcalling adalah salah satu bentuk dari budaya perencanaan yang sering kali diabaikan. Meskipun sebenarnya masih berada di tingkat pelecehan yang ringan namun perilaku ini tidak bisa dianggap wajar atau normal.

Catcalling mencerminkan budaya patriarki yang mengobjektifikasi perempuan dan menganggap mereka sebagai objek untuk dinilai berdasarkan penampilan fisik. Tindakan ini sering kali dianggap sepele, padahal dampaknya bisa sangat serius, termasuk trauma psikologis dan ketakutan yang berkepanjangan. Namun, ternyata yang menjadi korban dalam praktik patriarki ini bukan hanya terjadi terhadap perempuan saja. Ada juga akibat yang bisa terjadi pada laki-laki karena adanya tekanan sosial terhadap laki-laki.

Anggapan bahwa laki-laki baru bisa dianggap jantan apabila sudah melakukan catcalling membuat perilaku ini menjadi langgeng dan sulit dihentikan apabila masyarakat terbiasa untuk mewajarkan catcalling. Dampak Catcalling?

Menurut saya pribadi, setiap perempuan memiliki pandangan dan pengalaman yang berbeda mengenai catcalling. Ada yang dianggap sebagai pujian atau perhatian, terutama jika catcalling disampaikan dengan cara yang sopan. Dalam hal ini, perempuan yang menyukai catcalling mungkin merasa lebih percaya diri dan menarik. Ada juga yang menganggap catcalling saat berkendara sudah termasuk pelecehan yang memiliki dampak serius terhadap kesehatan mental perempuan. Reaksi emosional yang timbul antara lain marah, malu, dan terancam, yang dapat mengganggu kenyamanan dan konsentrasi.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan trauma psikologis, seperti kecemasan sosial dan penurunan rasa percaya diri. Selain itu, catcalling menciptakan suasana tidak aman, membuat perempuan merasa wajib menghindari beberapa rute atau situasi. Oleh karena itu, pentinglah menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang di jalan, agar perempuan dapat berkendara tanpa rasa takut atau khawatir.

Cara mengatasi catcalling? Untuk mengatasi catcalling saat berkendara itu sangat penting dan perlu dilakukan dengan cara yang tepat. Pertama-tama, kita harus tetap tenang dan waspada. Jika melihat pelaku catcalling dalam kelompok, lebih baik mencari jalan lain yang lebih ramai untuk menghindari situasi yang tidak nyaman. Namun, jika pelakunya sendirian, kita bisa menatap dengan tegas atau menegur mereka dengan suara percaya diri. Ini bisa jadi cara untuk menunjukkan bahwa kita tidak takut. Jika merasa diikuti, berpura-puralah menelepon seseorang agar terlihat tidak sendirian, karena ini bisa membuat pelaku berpikir dua kali.

Yang paling utama adalah selalu mengutamakan keselamatan diri sendiri dan jangan ragu untuk melaporkan ke pihak berwajib jika situasi sudah mengganggu. Kita semua berhak merasa aman saat berkendara!Mari kita bersama-sama menolak catcalling dan mendukung budaya saling menghargai. Dengan langkah ini, kita tidak hanya menjaga diri kita sendiri, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya ruang publik yang lebih baik bagi semua orang.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Curhat

Oleh: Siti Efrilia, Mahasiswa UIN Salatiga Di masa…