Oleh: Rosaida Artha Kusumanova, Siswa MA Darul Huda Mlagen, Santri-Murid Planet Nufo Rembang
Gen Z, sebutan untuk orang yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Pembaca sendiri pasti sudah tidak asing dengan sebutan Gen Z. Karena, sudah selayaknya mayoritas pembaca tulisan ini merupakan bagian dari Gen Z.Gen Z mengalami banyak sekali tantangan dalam hal etika dan moral.
Banyak pihak yang menyebutkan bahwa generasi ini mengalami krisis nilai, terutama akibat pengaruh teknologi dan media sosial yang mendominasi kegiatan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kebiasaan menggunakan gadget sejak kecil membuat mereka kurang memahami nilai-nilai etika yang baik, sehingga mereka dianggap tidak sopan dan cuek kepada lingkungan sekitar.
Kurangnya etika pemuda Gen Z dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Di lingkungan kita sendiri misalnya. Mudah saja kita temui pemuda Gen Z yang minim etika. Terbiasa menyela perkataan orang, melewati orang tanpa menyebut kata “permisi” atau bahkan tidak mau hanya sekedar menundukkan kepala, memanggil orang yang lebih tua tanpa embel-embel “mbak/mas”, mengumpat dengan seenaknya, dan lain lain. Itu menandakan bahwa mulai hilangnya etika dari dalam diri Gen z. Ini baru contoh yang dapat kita temui di lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Di dunia maya, contoh hilangnya etika pemuda Gen Z lebih parah. Banyak terjadi cyberbullying. Padahal, Gen z termasuk generasi yang amat beruntung karena sudah bisa mengakses gadget semenjak masih belia. Media sosial menjadi platform utama bagi Generasi Z untuk berinteraksi dan mengekspresikan diri. Namun, kebebasan ini sering disalahgunakan, mengakibatkan perilaku seperti cyberbullying dan komentar negatif yang merugikan orang lain.
Dengan adanya sosial media, Gen Z seringkali merasa dirinya adalah best of the best. Sehingga, dengan adanya sosial media, mereka merasa bisa seenaknya mencela orang yang mereka anggap lebih buruk. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman akan dampak dari tindakan mereka di dunia maya. Dalam konteks ini, penting bagi generasi muda untuk belajar tentang etika digital, termasuk cara berkomunikasi yang baik dan menghormati orang lain di ruang digital.
Allah SWT menyebutkan dalam salah satu ayatnya:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيۡمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar dalam budi pekerti luhur.” (QS. Al-Qalam ayat 4)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang berakhlakul karimah dan yang pasti beretika. Sebagai umat muslim yang taat tentu kita bisa meneladani sifat beliau. Karena beliaulah suri teladan yang harus kita jadikan inspirasi dalam menjalani segala tantangan dalam kehidupan ini.
Pemuda adalah tulang punggung masa depan, mereka adalah generasi yang akan membawa perubahan besar bagi umat dan bangsa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana seharusnya etika yang harus dimiliki oleh pemuda, terutama di zaman yang serba canggih dan penuh dengan tantangan seperti sekarang ini.
Sebagai pemuda Gen Z, seharusnya kita fokus untuk menuntut ilmu. Belajar dari banyak sumber untuk mewujudkan generasi emas Indonesia. Pemuda Gen Z hidup di era informasi yang begitu terbuka. Akses Pemuda Gen Z untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari berbagai sumber amat mudah, baik itu melalui internet, buku, maupun media sosial.
Namun, tidak semua informasi yang didapatkan adalah baik dan benar. Oleh karena itu, pemuda harus memiliki etika dalam memilih dan menyaring ilmu yang bermanfaat. Allah SWT sendiri senantiasa memerintahkan kita untuk mencari ilmu dan membaca. Sesuai dengan sabda-Nya dalam Qs. Al-Alaq ayat 1-5.
Pemuda juga harus menjaga etika terhadap diri sendiri, yaitu dengan menjaga akhlak, kesehatan, dan moralitas. Banyak pemuda yang terjerumus dalam gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau terlibat dalam pergaulan bebas. Islam mengajarkan kita untuk menjaga diri dan menjauhi segala hal yang dapat merusak tubuh dan jiwa. Selain itu, melakukan hal-hal sembrono seperti itu juga bisa menambah aib keluarga. Membuat orangtua kecewa, bahkan membuat tetangga menggunjing kita.
Di zaman yang serba canggih ini, seharusnya kita membenahi diri untuk dapat menjadi pionir penerus bangsa. Tentu saja, untuk mewujudkan hal ini kita perlu support orangtua. Orangtua akan mendukung langkah kita jika kita menghormati orangtua dengan baik. Etika terhadap orang tua merupakan nilai yang sangat penting dalam ajaran Islam.
Pemuda harus menghormati dan menyayangi orang tua, serta menjaga hubungan yang baik dengan mereka. Tanpa restu dan doa orang tua, jalan hidup kita sering kali terasa berat.
Allah SWT bersabda dalam Qs. Al-Isra ayat 23-24 sebagai berikut.
قَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا ٢٣ وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ ٢٤
Dari ayat tersebut, kita bisa memahami betapa pentingnya etika kita terhadap orang tua. Gen Z yang baik seharusnya bisa menghormati orang tua agar keduanya bisa mendungkung langkah kita dengan restu dan doanya. Karena doa orangtua terhadap anaknya sangatlah mujarab.Jangan sekali-kali melupakan etika dalam langkah kita sebagai pemuda. Tindakan kitalah yang akan dinilai orang. Gen Z harus menjadi lebih baik dan maju.