Oleh: Tyas Prabawati, S.Hut,
Pengampu Sains dan Teknologi Yayasan Pondok Pesanstren Nurul Furqon, Alumni IPB, Magister Studi Lingkungan Universitas Terbuka
Sains memegang peran krusial dalam kehidupan manusia, bukan hanya sebagai instrumen untuk memahami alam semesta, melainkan juga sebagai landasan utama bagi kemajuan teknologi, peningkatan kualitas hidup, dan keberlanjutan planet ini. Dalam ranah peningkatan kualitas hidup, sains telah mendorong revolusi medis dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan terapi canggih yang telah menyelamatkan jutaan nyawa.
Teori positivisme yang dicetuskan oleh Auguste Comte menegaskan bahwa pengetahuan ilmiah, yang diperoleh melalui observasi empiris dan eksperimen terkontrol, adalah satu-satunya cara yang sah untuk memahami fenomena alam. Prinsip ini menjadi fondasi bagi banyak penemuan ilmiah yang langsung berdampak pada kesejahteraan umat manusia, memampukan dalam mengatasi tantangan kesehatan yang mengancam, seperti pandemi atau wabah penyakit menular.
Selain itu, sains menjadi kunci untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, seperti perubahan iklim, kelangkaan sumber daya alam, dan krisis energi. Pemahaman ilmiah terkait ekosistem dan dinamika perubahan iklim memberikan dasar yang kuat bagi kebijakan mitigasi yang berfokus pada pengurangan emisi karbon serta transisi ke energi terbarukan. Teori ekologi, yang dikembangkan oleh Herbert Spencer, mengajarkan bahwa manusia dan alam semesta berada dalam hubungan timbal balik yang saling memengaruhi, sehingga solusi terhadap masalah lingkungan harus berbasis pada pemahaman ilmiah yang holistik. Tanpa ilmu pengetahuan, kemungkinan tidak dapat menemukan jalan keluar yang efektif untuk mencegah kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat aktivitas manusia.
Kemajuan ilmiah juga mendorong inovasi teknologi yang telah merombak tatanan kehidupan modern. Teknologi canggih, seperti perangkat elektronik, kendaraan listrik, dan alat medis. Semuanya lahir dari riset ilmiah yang terintegrasi. Sains mendorong terjadinya revolusi teknologi yang terus berkembang, mengubah cara manusia bekerja, berinteraksi, dan memanfaatkan sumber daya alam. Konsep falsifiabilitas yang dikembangkan oleh Karl Popper dalam filsafat ilmu menegaskan bahwa setiap teori ilmiah harus dapat diuji dan dibuktikan salah jika tidak sesuai dengan kenyataan. Prinsip ini menggarisbawahi pentingnya penelitian yang bersifat terbuka dan dapat dikritisi, yang pada gilirannya mendorong terciptanya teknologi yang lebih efisien, inovatif, dan berkelanjutan.
Peran sains dalam pendidikan juga tak dapat dipandang sebelah mata. Pendidikan sains, yang dimulai sejak dini, membekali individu dengan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah, yang sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan masa depan. Landasan teori konstruktivisme oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun secara aktif melalui interaksi dengan dunia sekitar, yang mendorong pengembangan kemampuan ilmiah dan keterampilan berpikir yang mendalam. Oleh karena itu, pendidikan sains yang berbasis pada pengalaman langsung, eksperimen, dan observasi akan membentuk individu yang mampu menghadapi kompleksitas dunia nyata dengan pendekatan yang lebih rasional dan berbasis bukti.
Modal sains sangat penting untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan global. Sains, melalui riset dan inovasi teknologi, berfungsi sebagai sarana untuk merespons tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Prinsip pragmatik yang dikembangkan oleh William James dan John Dewey menekankan bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diterapkan secara praktis untuk menyelesaikan permasalahan konkret. Hal ini relevan dengan kebutuhan global saat ini, di mana riset ilmiah harus menghasilkan solusi yang aplikatif dan berdampak langsung pada perbaikan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, investasi dalam riset dan pengembangan ilmiah bukanlah sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan dan inklusif.
Lebih jauh lagi, sains juga memainkan peran sentral dalam memecahkan masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi masyarakat. Teori sistem sosial yang digagas oleh Talcott Parsons menunjukkan bahwa masyarakat terdiri dari sistem yang saling berinteraksi dan berpengaruh satu sama lain. Untuk menciptakan perubahan yang efektif, maka perlu memanfaatkan pendekatan ilmiah dalam menganalisis dinamika sosial dan ekonomi yang ada. Penelitian berbasis ilmu sosial yang mendalam dapat memberikan wawasan yang diperlukan untuk merancang kebijakan yang lebih efisien, yang dapat mengurangi ketidaksetaraan sosial, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memperkuat ketahanan ekonomi.
Secara keseluruhan, sains lebih dari sekadar disiplin ilmu. Sains sebagai pondasi peradaban modern dan solusi untuk tantangan global yang kompleks. Dengan memperkuat modal sains melalui riset yang mendalam, pendidikan yang berkualitas, dan inovasi yang berkelanjutan. Kita dapat menghadapi masa depan dengan lebih siap dan percaya diri. Sains, bukan hanya kebutuhan pragmatis, tetapi juga kunci untuk membuka potensi besar umat manusia dalam mencapai kemajuan yang berkelanjutan dan inklusif.