Oleh: Siti Aulia Nailal Hidayah Ahmad, Ketua Umum Ikatan Pelajar Perempuan Nahdlatul Ulama’ (IPPNU) Planet Nufo Rembang
Pukul 05.00 WIB dini hari,
Fajar menyinari dataran bumi.
Dengan sendirinya,
Sunrise yang cantik itu kembali di setiap membuka hari.
Ia terlihat rupawan nan sangat indah.
Menebar pesona tanpa ia pinta.
Memberikan energi positif ke dunia.
Menuangkan cahaya untuk menerangi kegelapan yang fana
Kupu-kupu menghinggapi serbuk mawar merah nan wangi.
Burung-burung bersiul bak pemain biola ahli.
Desir angin menyambut dedaunan yang seolah-olah menari.
Dan wanita itu, ia sedang berjalan dengan sopan dan berwibawa nurani.
Abaya hitam legam itu, melekat padanya.
Kerudung hijau bermotif yang menambah pesona di wajahnya.
Mushaf al-quran di tanganya, ia bawa dengan begitu syahdunya.
Seraya menyenandungkan tasbihnya hanya kepada sang Maha Kuasa.
Perempuan berkepala empat itu,
berjalan menuju rumah Allah.
Ia berjalan dengan diikuti tiga bocah kecil di sampingnya.
Dua perempuan dan satu laki-laki.
Matanya menunduk hangat untuk anaknya.
Ia menuturkan nasihat pada anak-anaknya dengan tutur kata sehalus sutra.
“Anak-anakku, semasa kalian hidup di dunia,
jadilah orang yang patuh akan perintah Allah,
dan jangan kau enggan untuk terus membaca mushaf sucinya”
Saat itu aku duduk di bangku kelas 9 SMP.
Kata-katanya menusuk ke dalam sanubariku.
Membelai hati yang mulanya beku,
kini luluh dengan halusnya tutur katamu.
Pada sunyinya malam, ia berkata.
“Nduk, jadilah putri yang solehah dan taat pada perintah-Nya”
Ia berkata seperti itu tak cukup satu atau dua kali.
Melainkan, hampir setiap detik yang ia habiskan bersama anaknya.
Ia madrasah bagi cawang-cawangnya.
Tempat merengek dan mencurahkan segala resah.
Walau kadang ia marah sebab hal yang sudah membuncah.
Ia harus meredam di depan para balita yang sudah beranjak dewasa.
Katanya, lisan itu tidak ada tulangnya.
Jadi berhati-hatilah dalam berkata.
Lisan yang menjerumuskan kita,
dalam perkataan yang tak terduga tercelanya.
Ia sosok yang mulia bagiku.
Tanpa hadirnya, tidak ada aku di buana ini.
Aku mengenal banyak hal dari beliau permata hatiku.
Dia lah panutanku setelah baginda nabiku.