Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
CerpenSastra

Pertemuan yang Tak Terduga

×

Pertemuan yang Tak Terduga

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Azma Fawziya, Santri-Murid Kelas VIII SMP Alam Nurul Furqon Mlagen Pamotan Rembang

Seorang anak perempuan terlihat sedang mempersiapkan dirinya di depan kaca kamarnya.Terlihat pula, ia sedang merapikan seragam sekolahnya dan rambut hitamnya yang dibiarkan terurai panjang, serta name tag yang bertuliskan Inara Alisha Lavina di samping sakunya. Setelah selesai mempersiapkan diri, ia langsung keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke ruang makan keluarganya. 

Example 300x600

Di situ pula terlihat Ibunya yang sedang mempersiapkan makanan untuk sarapan. “Pagi, Bu,” sapa Nara. Perempuan yang sedang menyiapkan makanan di meja makan itu hanya menatap putrinya sambil tersenyum lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

   “Ayah kemana, Bu?“ tanya Nara sambil menuju ke salah satu kursi.

   “ Masih di kamar, mungkin lagi persiapan,” jawab Ibu

   Nara hanya mengangguk paham. Lalu, mulai memakan sarapannya. Saat sedang memakan sarapannya, adik laki-lakinya berjalan pelan menuju meja makan dan duduk di sebelahnya. 

“Baru bangun kamu?“ tanya Nara kepada Adik laki-lakinya itu yang bernama Alvaro Azka Pradipta atau kerap dipanggil Azka. “Kalo belum bangun, ngapain aku ada disini to, Mba..“ jawab Azka yang membuat Nara jengkel. “Udah-udah,Kalian gak usah berantem. ini masih pagi,gak usah bikin Ibu buang-buang tenaga buat marahin kalian.”

      “Maaf, Bu…” jawab mereka berdua secara bersamaan

     Selesai sarapan, Nara dan Adiknya langsung berpamitan kepada ibu mereka dan  langsung berangkat bersama ayah mereka menuju ke sekolah. Sesampainya di  sekolah, Nara langsung menuju ke arah kelasnya. Namun, yang Nara dapati di kelas adalah suasana kelas yang hening, ia sudah biasa dengan hal ini, dikarenakan Nara selalu berangkat lebih pagi ketimbang teman-temannya. Nara pun mulai berjalan menuju ke arah kursinya lalu duduk di bangkunya sambil menggantung tasnya di samping meja.

    Saat sedang fokus pada gadgetnya, perlahan-lahan Nara mendengar suara langkah kaki menuju ke arah kelasnya. Nara sudah bisa menebak siapa yang akan datang, ia adalah lelaki bernama Arsen Arshad Mahendra atau kerap dipanggil Arsen.

    Nara hanya bisa terdiam tatkala Arsen hanya terdiam dan tak bertegur sapa dengannya, hal ini sangat lah wajar bagi Nara, bukan hanya Nara, tapi hampir satu sekolah tau, bahwa Arsen bukanlah orang yang gampang diajak berbicara, kecuali, ada hal penting yang ingin dibicarakan. Nara hanya bisa melihat sekilas Arsen berjalan melewati bangkunya, Nara tak menggubris hal tersebut. Namun, hal yang selalu membuatnya heran selama ini adalah, mengapa  Arsen terlihat begitu familiar di matanya? Apakah ia pernah melihat Arsen sebelumnya? Atau ada orang terdekatnya yang memiliki wajah serupa seperti Arsen?

    Pikiran-pikiran tersebut selalu membuat kepala Nara terasa pening. Ia terlihat mencoba untuk mengingat semuanya, namun, semakin lama ia mengingatnya semakin banyak juga puzzle yang harus ia pecahkan. Nara mencoba untuk melupakan hal itu. Namun, tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang selalu menatap gerak- geriknya selama ini, dan sepasang mata itu terlihat sangat tulus menatapnya.

     Pelajaran dimulai, saat sedang mengerjakan tugas, fokusnya kembali teralihkan oleh pikirannya. Nara kembali memegang kepalanya dan memukulnya pelan, berusaha untuk menghilangkan pikirannya itu. Setelah berdebat dengan pikirannya, Nara mencoba untuk fokus kembali pada tugasnya, sembari menghilangkan pikirannya itu.

      Selesai pelajaran, Nara memutuskan untuk menuju kantin sambil sesekali melihat ponselnya karena sedang membalas pesan dari kedua sahabatnya, Nara terlihat sedikit kecewa karena kedua temannya itu tak bisa menemaninya untuk makan bersama. Namun ia memaklumi hal itu.

        Nara hanya memesan satu minuman, dikarenakan ia tidak begitu lapar. Ia menyeruput minumannya itu sambil perjalan menuju ke perpustakaan di sekolahnya, ia bingung harus melakukan apa, jadi ia memutuskan untuk pergi kesana. Sesampainya di perpustakaan, Nara mengamati satu persatu rak buku dan melihat-lihat judul yang tertata rapi di sana. Matanya akhirnya terfokus pada salah satu buku yang menarik perhatiannya, namun masalahnya buku terletak di rak yang tinggi dan susah untuk diraihnya. 

   Nara memutuskan untuk menaruh minumannya di Salah satu meja dan mengambil salah satu kursi untuk ia pijaki. Ia menaruh kursi tersebut sesuai letak buku yang ingin dicapainya. Saat menaiki kursi, Nara harus berusaha sekali lagi agar ia bisa mengambil buku itu, meski terlampau susah. Tanpa disadari, saat Nara berhasil meraih buku, kursi yang ia pijaki tiba tiba tak bisa menjaga keseimbangannya dan hal itu membuat tubuhnya terjatuh, tapi sebelum hal itu terjadi seseorang menangkap tubuhnya dan membawanya ke dalam tubuh orang tersebut. 

    Nara yang awalnya menutup matanya, kini mulai membuka matanya perlahan. Matanya membelalak kaget saat ia tau, bahwa sekarang ia berada dalam dekapan Arsen. Perlahan, Arsen mulai menurunkan tubuh Nara secara perlahan. Nara hanya bisa menunduk malu, sedangkan Arsen hanya menatapnya dingin sambil memberikan buku yang ingin diambil oleh Nara.

    “Ma-makasih,” ucap Nara pelan sambil menerima buku yang diberikan oleh Arsen.

     “Hmm…” ucap Arsen dengan dingin dan langsung menghilangkan dirinya dari hadapan Nara.

     “Sial….kenapa gue harus pake jatuh segala sih,” ucap Nara pada dirinya sendiri.

        Tetapi, saat Nara fokus memaki dirinya akibat kesalahan yang ia berbuat, pikirannya tiba – tiba teralihkan oleh kalung yang Arsen kenakan. Saat berada dalam gendongan Arsen tadi, matanya tanpa sengaja melihat ke arah kerah baju Arsen yang sedikit terbuka, dan disitulah Nara melihat terdapat kalung yang dikenakan oleh Arsen. 

     “Tapi… kenapa kalung yang dipake Arsen mirip sama… “ ucap Nara pelan sambil mengeluarkan sesuatu Dari saku roknya.

    “Gak mungkin, gak mungkin dia, yang punya kalung kayak Gini gak cuman satu…   pasti ini cuma kebetulan, iya kan?“ ucap Nara meyakinkan diri sendiri.

      Tangan Nara mulai mengeluarkan sebuah kalung yang selalu ia simpan selama ini. “ Hen… Arsen gak mungkin lo kan? “ batin Nara sambil menatap kalung yang berada di tangannya dengan sedih.

     Jam istirahat pun selesai, semua murid memutuskan untuk kembali ke kelas masing- masing, kecuali Nara. Dia memutuskan untuk bolos kelas karena Masih ingin menjernihkan pikirannya akibat kejadian di perpus tadi. Pikirannya selalu menanyakan tentang bagaimana Arsen bisa memiliki kalung yang sama Dan wajah Arsen yang sangat familiar di matanya.

      Tanpa sepengetahuan Nara, seseorang tengah berdiri dibelakang sambil melipatkan kedua tangannya di depan dadanya. “ Ngapain lo disini? “ Ucap orang tersebut dengan intonasi nada yang terbilang cukup serius. Nara sedikit terperanjat kaget karena suara yang dikeluarkan oleh seseorang di belakangnya, ia dengan cepat membalikkan pandangannya kebelakang Dan terkejut mendapati Arsen berada di belakang Dan tengah menatapnya dengan tatapan serius.

     “A.. Arsen… “ ucap Nara dengan terbata Bata sambil membalikkan seluruh tubuhnya kebelakang untuk menghadap Arsen.

     “Ke..kenapa lo… di…disini? “ ucap Nara sambil terbata.

      “Lo sendiri harusnya Tau kan, Ngapain gue kesini, Dan apa sedang gue lakuin… harusnya lo cukup Tau tentang itu,” ucap Arsen dingin.

       Nara menunduk, ia baru mengingatnya sekarang. Pasalnya Arsen adalah seorang ketua OSIS di sekolahnya, Dan tak jarang, ia berpatroli mengelilingi satu sekolah, hanya untuk mengecek apakah ada murid yang berniat bolos atau kabur dari sekolah.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerpen

Oleh: Sultan Murad Arkan Nurrahmat, Santri-Murid Kelas VII…

Fiksi Mini

Oleh: Hasbi Ubaidillah Zuhdi, Santri-Murid Kelas VIII SMP…

Puisi

Oleh: Putri ‘Aisyah Nurul Iman Ketua Pondok Pesantren…

Cerpen

Oleh: Puteri Azzahra Ketua OSIS SMP Alam Nurul…