Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
PuisiSastra

Jaga Raja Ampat (Puisi untuk Surga yang Terluka)

×

Jaga Raja Ampat (Puisi untuk Surga yang Terluka)

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh Gunawan Trihantoro
Ketua Satupena Kabupaten Blora dan Sekretaris Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah

Di ujung timur negeri ini,
Tuhan menjatuhkan sejumput surga ke laut biru
tempat karang menyanyi,
dan ikan-ikan menari
dalam litani alam yang tak pernah kering pujian.

Example 300x600

Raja Ampat,
namamu bukan sekadar peta atau promosi wisata,
kau adalah nafas ribuan makhluk laut,
nyanyian angin yang jatuh di pundak burung cendrawasih,
dan sunyi hutan bakau yang menyimpan doa
para leluhur Papua.

Namun kini,
ada deru yang asing datang dari jantung tanahmu.
Bukan gelombang, bukan suara paus,
tetapi gemuruh mesin dan dentam keserakahan
yang menancapkan kuku-kuku besi
di tubuhmu yang suci.

Mereka bilang,
“Ini demi kemajuan.”
Tapi kami tahu,
itu hanya nama lain dari kehancuran yang diberi label izin.
Tanah yang dulu menghijau,
akan menjadi luka merah
di punggung bumi yang kau jaga.

Raja Ampat,
bagaimana jika karang tak lagi berwarna?
Jika pasirmu tak lagi lembut karena beradu dengan logam?
Bagaimana jika paus-paus berhenti bernyanyi,
dan anak-anak Papua tak lagi bisa
bercerita tentang laut yang mereka warisi?

Kita bukan hanya kehilangan panorama,
kita kehilangan jiwa.

Lihatlah,
setiap pohon yang tumbang adalah bait doa yang hilang,
setiap tebing yang terkikis adalah kitab suci alam
yang dilenyapkan oleh tangan manusia.

Siapa yang bisa hidup dari kekayaan
jika udara jadi racun
dan laut jadi kolam mati?

Aku ingin berkata pada dunia, cukup sudah.
Tahanlah tanganmu.
Jangan kau tebus masa depan
dengan emas nikel dan angka-angka semu.

Karena Raja Ampat bukan tambang,
ia adalah warisan.
Ia bukan ruang kosong untuk dikavling,
tapi pelukan bumi bagi anak cucu kita.

Mari jaga Raja Ampat
seperti menjaga ibu yang renta.
Mari rawat lautnya
seperti merawat mata anak kita yang tertidur.

Dan jika nanti ditanya,
apa yang kita tinggalkan?
Katakan,
kita pernah memilih menjaga,
bukan menguasai.
kita pernah menahan diri,
agar bumi tetap bisa bernapas.

Raja Ampat, maafkan kami,
yang lambat sadar dan nyaris membunuhmu
dengan tangan kami sendiri.


Rumah Kayu Cepu, 5 Juni 2025

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Puisi

Oleh: Nawwaf Absyar Rajabi, Santri-Murid SMP Alam Nurul…

Cerpen

Oleh: Sultan Murad Arkan Nurrahmat, Santri-Murid Kelas VII…

Fiksi Mini

Oleh: Hasbi Ubaidillah Zuhdi, Santri-Murid Kelas VIII SMP…