Oleh: Nashrul Mu’minin, Content Writer Yogyakarta
Yogyakarta – Bagi mahasiswa, menulis adalah keterampilan wajib yang harus dikuasai. Namun, seringkali kita bingung membedakan antara Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan esai. Keduanya memang memiliki tujuan dan struktur yang berbeda, namun sama-sama penting dalam dunia akademik. Berdasarkan beberapa gambar yang beredar di media sosial, mari kita bahas perbedaan mendasar antara KTI dan esai, serta tips jitu untuk menulis keduanya dengan baik.
Karya Tulis Ilmiah (KTI) memiliki struktur yang baku dan terperinci. Berikut adalah struktur umum KTI: Halaman Awal (judul, abstrak, daftar isi), Bab I Pendahuluan (latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian), Bab II Kajian Teoretis (kajian pustaka, hasil penelitian relevan, kerangka pemikiran, hipotesis), Bab III Metode Penelitian (jenis penelitian, tempat dan waktu, subjek penelitian, data dan sumber data, teknik validasi, pengumpulan, dan analisis data), Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan (deskripsi objek, hasil penelitian, analisis data), Bab V Penutup (simpulan, saran), dan Halaman Akhir (daftar pustaka, lampiran).
Esai, di sisi lain, memiliki struktur yang lebih fleksibel. Umumnya, esai terdiri dari Pendahuluan (menjelaskan konteks dan topik), Isi (argumen, analisis, evaluasi kritis), dan Simpulan (kesimpulan dan implikasi temuan).
Tujuan KTI adalah menyajikan hasil penelitian, analisis, atau kajian sistematis, biasanya digunakan dalam skripsi, tesis, atau jurnal ilmiah. Sementara esai bertujuan untuk mengungkapkan pendapat atau gagasan kritis yang didukung oleh data atau teori, lebih fokus pada penyampaian argumen pribadi.Panjang tulisan juga berbeda. Esai Ilmiah cenderung lebih ringkas, biasanya 500-1500 kata, fokus pada argumen padat dan jelas. Karya Tulis Ilmiah umumnya lebih panjang dan mendalam, tergantung jenisnya. Misalnya, skripsi bisa mencapai puluhan ribu kata, sedangkan jurnal ilmiah lebih pendek namun detail.
Dalam penulisan daftar pustaka, KTI harus menggunakan referensi akademik seperti jurnal, buku, dan penelitian terdahulu yang terverifikasi. Contoh: Arikunto, Syharsini. 1993. _Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik._ Yogyakarta: Rineka Cipta. Esai Ilmiah bisa lebih bebas mengutip sumber populer selain akademik, asalkan kredibel dan relevan.Berikut trik dan tips menulis KTI dan esai ala Nashrul Mu’minin:
- Pahami Tujuan: Pastikan Anda memahami tujuan tulisan. Apakah menyajikan hasil penelitian (KTI) atau mengungkapkan pendapat kritis (esai)?
- Riset Mendalam: Untuk KTI, lakukan riset mendalam dan gunakan sumber terpercaya. Untuk esai, pastikan argumen didukung data atau teori relevan.
- Struktur Jelas: Ikuti struktur sesuai jenis tulisan. KTI membutuhkan struktur baku, sedangkan esai lebih fleksibel.
- Gaya Bahasa: Gunakan gaya bahasa sesuai audiens. KTI biasanya formal dan akademik, sedangkan esai bisa lebih santai namun profesional.
- Revisi dan Editing: Setelah selesai menulis, luangkan waktu untuk merevisi dan mengedit. Pastikan tidak ada kesalahan tata bahasa atau typo.
Allah SWT berfirman:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
(“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.” QS. Al-Alaq: 1).
Ayat ini mengajarkan pentingnya membaca dan menulis dalam mencari ilmu. Sebagai mahasiswa, kita harus terus belajar dan mengembangkan kemampuan menulis.
Rasulullah SAW juga bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.” HR. Ibnu Majah). Hadis ini mengingatkan bahwa menuntut ilmu, termasuk menulis, adalah bagian dari kewajiban kita sebagai muslim.
Menulis KTI dan esai adalah keterampilan penting yang harus dikuasai mahasiswa. Dengan memahami perbedaan dan tips menulis yang tepat, kita bisa menghasilkan tulisan berkualitas dan bermanfaat. Seperti kata pepatah, “Practice makes perfect.” Yuk, terus berlatih dan jadilah penulis handal!