Oleh: Rochmatul Minan, S.Pd.*
Bencana alam selalu menjadi peristiwa yang mengejutkan, tidak hanya karena kerusakan yang ditimbulkannya, tetapi juga karena kekuatan alam yang tampaknya tak terhindarkan dan tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi sering kali datang tanpa peringatan, menimpa tanpa memandang siapa yang terkena dampaknya. Dalam perspektif Islam, bencana alam dapat dilihat sebagai pengingat yang kuat tentang posisi manusia sebagai makhluk yang lemah di hadapan Tuhan.
Salah satu pokok ajaran Islam adalah pengakuan atas kelemahan manusia. Meskipun manusia diberikan akal, kemampuan untuk berpikir dan membuat keputusan, serta berusaha menguasai alam semesta, pada akhirnya manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas. Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari air yang hina (QS. Al-Insan 76:2), menggambarkan asal-usul manusia yang sederhana dan tidak berdaya. Ini mengingatkan umat manusia bahwa meskipun kita sering merasa kuat dengan pencapaian-pencapaian teknologi dan ilmu pengetahuan, pada akhirnya kita tetap memiliki keterbatasan yang tidak bisa kita atasi dengan kemampuan kita sendiri.
Bencana alam adalah salah satu cara Allah menegaskan kembali realitas ini. Meskipun kita dapat merancang bangunan tahan gempa atau membuat sistem peringatan dini untuk tsunami, kita tetap tidak dapat mengendalikan sepenuhnya kapan dan bagaimana bencana alam itu terjadi.
Kekuatan alam, seperti gempa bumi yang mengubah permukaan bumi dalam hitungan detik, atau banjir yang melanda wilayah yang tidak terduga, memperlihatkan betapa rapuhnya posisi manusia di hadapan ciptaan Tuhan yang lebih besar dan lebih kuat. Kejadian-kejadian tersebut mengingatkan kita bahwa meskipun kita berusaha keras untuk mengontrol dunia ini, pada akhirnya Tuhanlah yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu.
Bencana sebagai Ujian dan Peringatan
Dalam Islam, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah bagian dari takdir Allah, baik itu yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Bencana alam tidak terkecuali, dan sering kali dipahami sebagai ujian bagi umat manusia. Ujian ini bisa datang dalam bentuk penderitaan dan kesulitan yang menimpa individu atau masyarakat, tetapi ujian tersebut juga bisa menjadi cara bagi Allah untuk mengingatkan manusia akan kebesaran-Nya dan kelemahan kita.Allah dalam Al-Qur’an berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut 29:3).
Bencana alam bisa menjadi ujian yang menguji kesabaran, ketabahan, dan keimanan seseorang. Bagi yang sabar dan tawakal kepada Allah, bencana bisa menjadi sarana untuk memperoleh pahala dan mendapatkan keberkahan dari-Nya. Sebaliknya, bagi yang merasa putus asa dan menyalahkan takdir, bencana bisa menjadi kesempatan untuk memperbaiki sikap dan kembali kepada-Nya.Lebih jauh lagi, bencana alam dalam pandangan Islam juga bisa dipahami sebagai peringatan atau teguran dari Allah bagi umat manusia.
Jika bencana tersebut menimpa sebuah komunitas atau bangsa, bisa jadi itu adalah akibat dari kelalaian atau perbuatan buruk yang dilakukan oleh umat tersebut. Dalam sejarah umat manusia, banyak sekali contoh bagaimana kaum-kaum yang ingkar atau berbuat kerusakan di muka bumi mendapat azab melalui bencana alam. Allah berfirman dalam Surah Al-Rum (30:41), “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Bencana alam, dalam konteks ini, menjadi pengingat bagi kita semua bahwa manusia seringkali melupakan hakikat dirinya sebagai makhluk yang lemah dan tidak berdaya. Ketika manusia merasa terlalu percaya diri dengan kekuatan dan pencapaiannya, bencana alam datang untuk menunjukkan bahwa kita bukanlah penguasa alam semesta. Kita harus ingat bahwa alam dan segala isinya adalah ciptaan Allah, yang hanya Dia yang mengatur dan menguasainya. Bencana alam mengingatkan kita bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian dan segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir yang ditentukan oleh-Nya.
Pentingnya Bersyukur dan Introspeksi Diri
Ketika bencana alam terjadi, salah satu sikap yang harus ditumbuhkan oleh setiap Muslim adalah rasa syukur dan introspeksi diri. Syukur atas nikmat yang masih diberikan Allah, meskipun musibah datang menghampiri. Islam mengajarkan bahwa segala ujian, baik itu kesulitan maupun kemudahan, adalah bagian dari rahmat Allah yang harus diterima dengan sabar dan syukur. Dalam Surah Al-Baqarah (2:155), Allah berfirman, “Dan Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Selain itu, bencana alam juga memberikan kesempatan untuk melakukan introspeksi diri. Dalam menghadapi bencana, kita diajarkan untuk tidak hanya berfokus pada kerugian material atau kesulitan yang dialami, tetapi untuk merenung dan bertanya pada diri sendiri: apakah selama ini kita sudah menjaga hubungan kita dengan Allah? Apakah kita sudah berbuat baik kepada sesama? Apakah kita telah menjaga alam dan sumber daya yang Allah amanahkan kepada kita? Dengan introspeksi ini, kita diharapkan bisa memperbaiki diri dan kembali ke jalan yang lebih baik, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
Salah satu pelajaran penting dari bencana alam dalam Islam adalah pentingnya menjaga alam dan menghindari kerusakan. Allah telah menciptakan alam semesta dengan segala keteraturan dan keseimbangannya. Tugas manusia adalah menjaga dan merawatnya dengan baik, bukan merusaknya. Dalam Surah Al-Baqarah (2:205), Allah mengingatkan, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya.”
Bencana alam yang terjadi juga bisa menjadi cermin dari perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap alam. Kerusakan lingkungan, deforestasi, pencemaran udara dan air, serta eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan bisa memperburuk potensi bencana yang terjadi. Dengan kata lain, bencana alam juga bisa menjadi akibat dari ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan yang telah diberikan oleh Allah. Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga keseimbangan alam, karena kerusakan yang ditimbulkan akibat ulah manusia bisa berdampak pada kehidupan seluruh makhluk.
Bencana alam adalah pengingat yang sangat kuat bahwa manusia, meskipun diberi kemampuan untuk berpikir dan berusaha menguasai alam, tetap adalah makhluk yang lemah di hadapan Tuhan. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menerima setiap ujian dengan sabar, meningkatkan ketakwaan, serta menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama. Bencana alam bukan hanya tentang kehilangan dan penderitaan, tetapi juga tentang kesempatan untuk memperbaiki diri dan menjadi manusia yang lebih baik dalam menjalani hidup ini dengan penuh kesadaran akan kebesaran Tuhan yang Maha Kuasa.
*Penulis adalah Kader Ansor Rembang, Satgas Penanggulangan Bencana di BPBD Kabupaten Rembang